SOLOPOS.COM - Makam Kiai Modjo dan Sumur Sunan Kalijaga di Desa Candigatak, Cepogo, Boyolali, hanya berjarak beberapa langkah. (Solopos/Ni`matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Di Desa Candigatak, Kecamatan Cepogo, Boyolali, yang terletak di lereng timur Gunung Merapi terdapat area cagar budaya bernama Situs Sumur Songo. Sesuai dengan namanya, di dalam situs itu terdapat sembilan (songo) sumur.

Pada Jumat (21/1/2022), Solopos.com berkeliling di situs tersebut ditemani juru kunci Sumur Songo, Mustajab, 80, atau akrab dipanggil Mbah Tajab. Rumah Mbah Tajab berada di depan Situs Sumur Songo, yaitu di Dukuh Candikidul, Candigatak, Cepogo, Boyolali.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Memasuki Situs Sumur Songo tampak sebuah pohon beringin besar serta aneka pohon lain dan rumput yang tumbuh rimbun di kawasan itu. Dari jalan, plang nama Situs Sumur Songo terlihat cukup jelas namun warnanya sudah mulai memudar.

Baca juga: Lirik Lagu dan Terjemahan Lingsir Wengi, Syair Syahdu dari Sunan Kalijaga

Ekspedisi Mudik 2024

Setelah menuruni tangga yang terbuat dari batu dan akar beringin, Mbah Tajab berhenti di sebuah makam yang ia yakini sebagai makam Kiai Modjo, salah satu kawan akrab Pangeran Diponegoro. “Ini makam Kiai Modjo, salah satu kawan Pangeran Diponegoro. Dulu istirahat kemudian meninggal di sini jadi dimakamkan di sini,” ungkap Mbah Tajab.

Dulu Area Susah Air

Di samping makam juga terdapat sumur yang permukaannya berbentuk persegi dan pinggirannya terdapat tumpukan batu teratur. Mbah Tajab mengatakan itu adalah Sumur Sunan Kalijaga. Ia mengaku setiap hari mandi di sumur tersebut.

“Ini yang namanya Sumur Sunan Kalijaga. Jadi yang menginisiasi pembangunan sumur songo ya Sunan Kalijaga. Zaman itu masih banyak penganut agama Budha di sini, Sunan Kalijaga yang beragama Islam berteman dengan warga sekitar dan mengajak membuat sumur karena dulu di sini ya area susah air,” kata Mbah Tajab.

Baca juga: Solo Baru Ternyata Pernah Jadi Lokasi Syuting Film Sunan Kalijaga

Dia mengatakan begitulah cara Sunan Kalijaga berdakwah atau menyebarkan agama Islam, yaitu dengan cara yang damai. Jadi, lanjut dia, dirangkullah penduduk sekitar seperti teman oleh Sunan Kalijaga. Lelaki yang gemar berjalan tanpa alas kaki itu kemudian berjalan ke arah sebelah timur dari Sumur Sunan Kalijaga. Hanya berjarak sekitar tiga meter terdapat sumur lagi.

“Kalau yang ini Sumur Sunan Drajat. Dalamnya semua sumur itu nggak sampai empat meter. Dari atas sampai bawah sumur tersusun dari batu-batu. Buatnya juga hanya dalam waktu satu malam,” ungkap Mbah Tajab.

Selanjutnya, Mbah Tajab melangkah ke Sumur Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik dan Sumur Sunan Bonang. Namun, kondisi kedua sumur tersebut tertutup dedaunan lebat. Namun, air masih ada di sana. Kelima sumur lainnya, menurut Mbah Tajab, tersebar di seluruh area Situs Sumur Songo.

Baca juga: Api Abadi Mrapen, Berawal dari Temuan Sunan Kalijaga

Mbah Tajab kemudian mengatakan tak dapat merawat semua sumur karena keterbatasan usianya. Ia juga mengatakan kesembilan sumur tersebut dinamakan dengan nama kesembilan Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. “Ya semua sumur di area Sumur Songo ini saya jaga tapi sebisanya,” kata Mbah Tajab.

Dilansir dari artikel ilmiah berjudul Eksplorasi Data Arkeologi di Kawasan Lereng Timur Gunung Merapi Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah yang ditulis peneliti Sugeng Riyanto dalam jurnal Berkala Arkeologi Volume 31 Nomor 2 halaman 166-185 terbit di bulan November tahun 2011, Sumor Songo dibangun di masa klasik atau abad VIII hingga X Masehi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya