Jon Koplo, karyawan sebuah instansi swasta di Solo ini babar blas belum pernah naik pesawat terbang. Ndilalah suatu saat ia diutus perusahaannya ke Jakarta dan dibelikan tiket montor mabur.
Karena belum mudheng cara naik pesawat dan suasana bandara, warga Mojosongo ini minta petunjuk Lady Cempluk, teman kerjanya. “Nek arep tuku panganan aja neng bandara, regane larang-larang,” demikian salah satu kiat dari Cempluk.
Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC
Pukul 08.00 WIB Koplo sudah sampai di bandara. Sesuai jadwal, pesawat akan lepas landas pukul 09.00 WIB. Bersama calon penumpang lainnya, ia pun menunggu.
Tetapi hingga lewat pukul 09.00 WIB belum ada tanda-tanda pesawat akan berangkat. Beberapa saat kemudian ada pengumuman kalau ternyata pesawat mengalami keterlambatan lebih dari satu jam.
Saat menunggu itulah Jon Koplo mulai kelaparan karena tadi belum sempat sarapan. Tetapi mau beli makanan dia tidak berani, teringat pesan Cempluk.
Menjelang satu jam menunggu, tiba-tiba ada seseorang menawarkan bungkusan snack kepadanya. “Silakan ambil, Pak,” kata orang itu, sebut saja Gendhuk Nicole.
Jon Koplo langsung menolak. “Ndak ah,Mbak. Saya masih kenyang,” jawabnya berbohong.
Sementara calon penumpang di sekitarnya terlihat menerima bungkusan itu dan langsung makan dengan lahapnya.
Berhubung sang perut semakin ngintir-intir, Koplo memberanikan diri bertanya kepada calon penumpang di dekatnya, Tom Gembus.
“Mas, snack yang ditawarkan tadi itu harganya berapa ya?” tanya Koplo dengan lugunya.
“Lho, snack tadi gratis, Pak. Itu dari maskapai penerbangan sebagai kompensasi keterlambatan pesawat,” terang Gembus sambil ngampet guyu.
Mendengar jawaban itu Koplo kaget plus getun sakpole. Akhirnya ia hanya bisa pringas-pringis ngampet luwe di bandara.
(Adinda Cantika Primadita, RT 04/RW XIX No 15 B, Mojosongo, Solo)