SOLOPOS.COM - Grup musik jaz Igna & Friends unjuk gigi dalam pentas musik bertajuk Jazz’in Lebaran #6 di pelataran Pasar Triwindu, Ngarsopura, Solo, Kamis (31/7/2014). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Wajah kawasan Ngarsopuro, Solo, tepatnya di depan Pasar Triwindu, Kamis (31/7/2014), berubah. Hari itu belasan payung memenuhi kawaan itu. Payung-payung itu menjadi pelindung bagi puluhan musisi jaz yang tergabung dalam Solo Jazz Society (Sojazz).

Para musisi jaz tersebut juga mendesain sejumlah batang bambu sebagai background panggung pergelaran musik mereka. Demi mempercantik wajah Ngarsopuro, mereka juga membentangkan kain batik berbagai motif untuk menghias pentas. Alhasil, nuansa etnik sangat kentara pada pentas musik jaz bertajuk Jazz’in Lebaran #6 yang dimulai pukul 09.00 WIB tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pentas musik itu menjadi ajang silaturahmi para musisi jaz dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Sragen, dan Solo. Mereka memanfaatkan momentum Lebaran untuk melepas kangen sekaligus menyuguhkan kreasi musik jaz terbaik.

Ekspedisi Mudik 2024

Sejumlah grup musik jaz tampil, seperti Bengawan Chamber Orchestra (BCO), Music Nutrient (MN), Sojazz Jr, Butterfly, Matthew Trio Yogyakarta, Aracelli, Igna & Friends, Jeopardise, Carmesha, Vills in, 123 Band, Side Project Sragen, Nuky Souljazz Band, IPO Trio, SHP Trio, Asteya, dan grup musik jaz lainnya. Kepiawaian para musisi jaz tersebut membuat penikmat jaz betah berlama-lama di Ngarsopuro.

Meski merupakan acara reguler, pentas musik jaz yang tahun ini digelar untuk kali keenam itu tetap memikat. Apalagi, bukan hanya musisi senior yang tampil. Musisi jaz yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak (TK) pun unjuk gigi. Kontan saja penampilan anak-anak belia itu menyita perhatian penikmat jaz serta warga yang kebetulan melintas.

Bagi Head Production Event Jazz’in Lebaran #6, Aditya Ong, penampilan anak TK dalam pentas jaz tahun ini mempunyai makna besar. Menurutnya, hal itu menunjukkan bahwa jaz bukan musik eksklusif. Musik jaz bukan untuk kalangan tertentu. Ia ingin menghilangkan image tersebut. “Musik jaz itu lahir dari kalangan masyarakat tidak mampu. Jadi tidak selayaknya bila musik jaz itu eksklusif,” ungkap Aditya, saat ditemui Espos, di sela-sela acara, Kamis.

Sementara itu, untuk kali pertama kegiatan ini menghadirkan sejumlah musisi jaz Tanah Air. “Ada yang asli di Solo tetapi melanglang di Ibu Kota. Mereka bisa mudik ke Solo sekaligus bisa tampil menyemarakkan pentas kali ini. Tahun-tahun sebelumnya, mengambil tempat di mal-mal dengan durasi waktu sore sampai malam. Baru kali ini, kami menggelar pentas seharian penuh hingga tengah malam,” imbuh Aditya.

Dia menambahkan meskipun melibatkan semua musisi jaz muda dan siswa sekolah musik jaz, pentas jaz ini tetap tak meninggalkan pakem. Penyelenggara acara tetap berkomitmen menampilkan musik jaz yang menawan. Pentas musik jaz ini digelar atas kerja bareng dengan Ikatan Alumni SMA (Ilunisma) Santo Yosef yang juga mengadakan pameran barang-barang bekas (recycle) dengan nama Gerage Sale. Para alumni SMA Santo Yosef juga tampil dalam kegiatan itu. Ketua Umum Ilunisma Santo Yosef Solo, Sari Dasanta, mengatakan Gerage Sale dibuka selama dua hari mulai Kamis sore.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya