SOLOPOS.COM - Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Klaten mengadakan Rembug Utama di Aula Kantor Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Klaten, Rabu (20/10/2021). Rembug Utama diadakan untuk menentukan pelaksana tugas (Plt) Ketua KTNA Klaten. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Klaten mulai membangun badan usaha. Beberapa bidang usaha yang bakal dikembangkan KTNA seperti penangkaran benih, pupuk organik, serta budi daya magot.

Pelaksana Tugas (Plt) Ketua KTNA Klaten, Maryanto, mengatakan program penangkaran sudah dimulai sejak tahun ini. Ada 18 petani yang digandeng KTNA sebagai penangkar benih dengan standar operasional prosedur yang dibikin dari hasil pelatihan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi serta Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa Tengah.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Hasilnya ada 3,7 ton dengan hasil penjualan untuk pengembangan penangkaran dan produksi pada masa tanam pertama ini,” kata Maryanto saat ditemui wartawan seusai Rembug Utama KTNA Klaten di aula kantor Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Rabu (20/10/2021).

Baca Juga: Mi Seblak Ada di Tambongwetan Klaten, Rasa Kencurnya Menggugah Selera

Ekspedisi Mudik 2024

Pengembangan bidang usaha penangkaran benih tersebut bakal dilanjutkan untuk penangkaran benih padi varietas Rojolele Srinuk yang merupakan varietas lokal Klaten. Rencananya, KTNA bisa menggandeng 40 petani penangkar.

Selain penangkaran benih, Maryanto mengatakan ada pengembangan bidang usaha pertanian lainnya yakni penyediaan pupuk organik. Untuk pengembangan pupuk organik itu, Maryanto mengatakan KTNA memiliki binaan peternak kelinci yang bisa memproduksi urin 2.000 liter per bulan.

Urin kelinci itu yang bakal menjadi salah satu bahan baku pengembangan pupuk organik cair. “Kemudian kami ada 100 kg guano dari kotoran kelelawar yang bisa dipadukan dengan komponen lain menjadi pupuk organik,” kata dia.

Baca Juga: Boyolali Genjot Vaksinasi Pelajar, Berharap PTM Digelar Penuh

KTNA bakal mengembangkan usaha budi daya magot atau larva lalat black soldier fly (BSF). Selain bisa mengurai sampah organik, magot juga menjadi pakan alternatif untuk hewan unggas dan ikan.

Maryanto menjelaskan pengembangan badan usaha itu sekaligus menjawab kritikan yang selama ini disampaikan ke KTNA. “Sesuai kritikan teman-teman di bawah kalau KTNA dipandang hanya rapat-rapat saja, ini akan diubah,” kata dia.

Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional (KJF) Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Pariman, mendorong KTNA bisa membangun usaha di perdesaan. Dia menjelaskan peluang usaha pertanian di Klaten masih terbuka luas. Klaten memiliki potensi sawah dengan pengairan teknis dan setengah teknis sekitar 29.000 hektare (ha).

Baca Juga: DLH Boyolali Dorong Penanganan Sampah Rampung di RT

Jika KTNA bisa mengambil peluang 10 persen dari luasan potensi sawah itu, ada potensi omzet yang cukup besar untuk menolong petani.

Salah satu tren pertanian di Klaten yakni pengembangan varietas padi Rojolele Srinuk dan Srinar yang merupakan varietas lokal hasil pengembangan Pemkab Klaten dengan Batan.

“Rojolele Srinuk menjadi peluang. Tergantung mau ambil di apa. Rojolele Srinuk bisa berproduksi bagus harus dengan pupuk organik. Silakan KTNA ma ambil di benih atau pupuk,” kata Pariman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya