SOLOPOS.COM - Penari yang tergabung dalam Sanggar Sedap Malam menampilkan Tari Tayub Sedap Malam pada Kampung Wisata Sukorejo Manari di Kelurahan Kroyo, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Senin (8/12/2021). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SRAGEN – Sekitar 70 penari dari usia dini sampai mahasiswa tampil pada Sukorejo Menari di Kampung Sukorejo, Kelurahan Kroyo, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Selasa (7/12/2021) malam.

Sebanyak 10 tarian yang dipentaskan berhasil membuat sekitar panggung yang berdiri di sudut kampung atau tepi sungai dipenuhi penonton. Penari Sanggar Sedap Malam menampilkan tarian Tayub Sedap Malam pada pengujung pentas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Empat penari tersebut merupakan para waria yang paling junior pada Sanggar Sedap Malam, yakni Neta, 19, Vindy, 19, Excel, 19, dan Dewi Luara, 18. Mereka menari diiringi dua lagu Cunduk Mentul dan Putri Sukowati.

Baca Juga: Sukorejo Sragen Usung Paket Wisata Menari dan 10 Menit Belajar Gamelan

Keriuhan penonton pecah saat Excel terjatuh dari panggung ketika sedang menari. Teman-temannya yang menyadari berhenti menari sejenak dan meminta Excel kembali ke panggung.

Komentar kocak dari dua pembawa acara yang juga waria ketika meminta Excel bergegas ke panggung pun membuat para penonton tertawa. Keduanya beberapa kali membuat guyonan soal waria namun menyelipkan pesan-pesan kesetaraan dan saling menghormati. Lebih-lebih kepada kelompok minoritas.

Pentas tari semakin gayeng saat empat penari turun panggung untuk mengajak empat penonton menjadi pasangan tayuban. Ada penontong yang canggung dan ada juga yang luwes menari. Gerakan dan mimik waria mampu membuat penonton terhibur.

Baca Juga: Desa Wisata Selo Karang Sragen Siapkan Daya Tarik Baru, Bikin Penasaran

Sanggar Sedap Malam merupakan kelompok seniman yang terbentuk 2006. Kelompok seniman ini memiliki 54 anggota dan 25 orang di antaranya merupakan waria. Sri Riyanto merupakan seniman yang membentuk Sedap Malam hingga diterima masyarakat akar rumput sampai kepala daerah.

Semula, Sri mementaskan tari ke sejumlah wilayah Sragen. Ia kemudian kerap menjumpai lima waria yang mengikuti pentasnya. Sejurus kemudian, dia mulai memberdayakan para waria untuk menjadi penari, pembawa acara, dan perias.

Sri menjelaskan Sedap Malam butuh penerus lalu dia mendirikan Sanggar Tari Tancep yang melatih tari pada anak-anak usia playgroup sampai SMA/SMK tiga tahun terakhir.

Baca Juga: Sumur Warga Gilirejo Baru Sragen Mulai Ada Air, Cuma Bisa Untuk Makan

“Dalam arti penerusnya itu penerus keseniannya. Bukan penerus bancinya, namun garapan seninya,” jelasnya.

Dia menjelaskan ada program empat bulan sekali mengadakan pentas sebagai panggung bagi anak-anak didikan Tancep. Adanya Kampung Wisata Sukorejo Menari diharapkan anak-anak bisa mendapatkan panggung lebih banyak.

Neta, 19, bergabung dengan Sedap Malam sejak tiga tahun terakhir. Ia dikenalkan Sri oleh bapaknya. Dari pekerjaan seni, dia memperoleh penghasilan tambahan untuk biaya kuliah dan membayar indekos di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.

Baca Juga: Laku Kesenian Transpuan Sedap Malam Menuju Kesetaraan

“Alhamdulillah Sedap Malam sudah terkenal dan kami bangga. Jadi teman-teman ketemu di kampus, sebagian kan kami laki-laki biasa di kampus dan bilang aku lho ikut sedap malam. Mereka bilang, “Oya di tempat Pak Sri,” mereka sudah paham,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya