SOLOPOS.COM - Suasana Jendela Toko Buku, di Kabupaten Klaten pada Sabtu (17/6/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Sejumlah toko buku offline di Soloraya kian hari kian berkurang. Di Solo, Toko Buku Togasmas resmi tutup pada 2022 lalu setelah 13 tahun membersamai pelanggan setia di Kota Bengawan.

Selanjutnya, di sejumlah kota lainnya ada PT GA Tiga Belas atau Toko Buku Gunung Agung dikabarkan akan menutup seluruh tokonya pada akhir 2023.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pemilik toko buku daring Pustaka Pena Book Shop, Tedy W. Wijianto, Minggu (18/6/2023), menilai selama ini ceruk pasar toko buku seolah  dikuasai oleh Gramedia. Di Solo ada beberapa toko buku indie tapi sifatnya masih seperti etalase.

“Demikian pula Gramedia, memiliki gerai di Solo, ya begitu hanya sebagai pajangan belaka. Misal ada toko buku yang baik mampu mendekatkan pembaca buku dan pelaku perbukuan dengan bikin acara buku, lalu ekosistem tersebut menjadi hidup,” papar Tedy.

Salah satu toko buku offline yang masih eksis di wilayah Soloraya yakni Jendela Toko Buku. Mereka saat ini memiliki toko buku offline di Jalan Pemuda Nomor 36, Tegalputihan, Bareng, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten.

Manager Jendela Toko Buku, Bayu Widi Prakoso, Minggu, menguraikan pihaknya sempat membuka cabang di Purwodadi sekitar 2011.

Namun, terpaksa tutup saat pandemi Covid-19. Kemudian pada 2013 Jendela Toko Buku mulai membuka cabang di Magelang yang eksis hingga sekarang.

Cukup sukses menjalankan cabang di Magelang selama tiga tahun, Bayu mengaku kemudian pihaknya membuka cabang lagi di Boyolali. Mereka juga membuka toko buku satelit di wilayah Kecamatan Wedi, Klaten. Mereka memasok stok buku dari beragam penerbit.

Bisnis yang berjalan 16 tahun ini juga menjual beragam produk nonbuku, misalnya alat tulis kantor (ATK), merchandise seperti totebag produk sendiri.

Bayu menguraikan cara Jendela Toko Buku tetap bertahan hingga saat ini adalah dengan memanfaatkan teknologi, yaitu sosial media dan marketplace yang menunjang.

Terlebih saat pandemi yang ceruk pasar terbesar yang membantu operasional perusahaan melalui penjualan online.

Walaupun penjualan buku secara online cukup besar, Bayu menilai toko buku offline tetap harus eksis. Banyak konsumen yang ingin merasakan pengalaman berbelanja buku secara fisik.

Rata-rata pengunjung Jendela Toko Buku sebanyak 500 orang sehari dan bakal melonjak saat akhir pekan. Bayu menilai toko buku bisa menjadi salah satu tempat refreshing bagi warga Klaten dengan pengunjung terbanyak adalah keluarga.

Pihaknya saat ini juga tengah membangun kafe dengan nuansa buku di Gedung Jendela Toko Buku Klaten.

“Kami juga ke sekolah-sekolah TK dan PAUD yang menawarkan untuk wisata buku. Jadi kami memfasilitasi sekolah-sekolah untuk berkunjung [outing class], kami perkenalkan buku, walaupun tidak belanja. Kami bacakan dongeng dan kuis, ketika orang tua melihat anaknya senang baca buku juga senang,” papar Bayu saat ditemui di kantornya pada Sabtu (17/6/2023).

Bayu menjelaskan upaya tersebut bertujuan meregenerasi konsumen dari jenjang SD hingga SMA. Ia menjelaskan sasaran konsumen dari Jendela Toko buku adalah anak-anak sekolah, banyak warga Klaten yang memilih merantau untuk berkuliah seusai SMA.

Ia juga tak menampik soal kabar peminat buku cenderung turun dari tahun ke tahun karena adanya gawai. Namun karena terletak di daerah, menurutnya masih bisa menjangkau semua kalangan.

Selain itu dengan adanya media sosial dan marketplace juga membantu dari segi penjualan.

Bayu juga memanfaatkan live streaming di Tiktok Shop serta membuat konten untuk memvisualisasikan buku ke dalam video.

Salah satu kekhasan Jendela Toko Buku yang  menjadi satu-satunya toko buku offline di Klaten adalah memori yang dibangun dengan pelanggan dari waktu kecil.

Banyak warga Klaten yang merasa mereka sama-sama bertumbuh dengan Jendela Toko Buru.

Menurut Bayu tantangan toko buku offline adalah buku bajakan yang dijual murah baik di lapak offline ataupun marketplace. Apalagi di marketplace kadang penjual tidak bisa membedakan mana buku yang asli dan bajakan. Karena penjual yang tidak mencantumkan informasi tersebut.

Salah satu pengunjung Jendela Toko Buku Klaten, Dyah Ayu Putri Maharani mengungkapkan Jendela Toko Buku merupakan satu-satunya toko buku terbesar di Klaten.

“Dari aku SMP, aku mencari buku pelajaran di sana. Tempatnya cozy dan friendly untuk pembaca, dulu ada semacam meja belajar dan perpustakaan mini di lantai II, itu tempatnya nyaman banget untuk membaca. Tapi sekarang sudah enggak ada, Jendela Toko Buku yang bikin aku jatuh cinta sama buku terutama novel karena komplit novelnya dan ramah pembaca,” papar Dyah.



Selain itu, tawaran free sampul untuk buku yang dibeli juga membuat Dyah tertarik.

Menurutnya Jendela Toko Buku tidak pernah ketinggalan zaman karena mengikuti perubahan buku dari pilihan baru banyak yang masuk. Banyak koleksi buku lama yang juga ditawarkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya