SOLOPOS.COM - Ilustrasi kedelai. (Bisnis-Nurul Hidayat)

Solopos.com, SURABAYA -- Produksi kedelai di Indonesia termasuk Jawa Timur atau Jatim kerap mengalami defisit sehingga pemenuhan kebutuhan komoditas itu sangat bergantung pada produk impor.

Kondisi tersebut menyebabkan kelangkaan produk turunan kedelai di pasaran Jatim seperti tahu dan tempe sejak akhir 2020 hingga saat ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Hadi Sulistyo, mengatakan produksi kedelai Jatim pada 2020 tercatat hanya 57.235 ton.

Ngeri, Begini Kronologi Kecelakaan Sekeluarga Asal Malang di Tol Sragen

Ekspedisi Mudik 2024

Sementara tingkat konsumsinya mencapai 447.912 ton sehingga defisit atau kekurangan sebesar 390.677 ton.

“Kedelai selalu minus karena merupakan tanaman subtropis, kalau menanam membutuhkan biaya yang lumayan besar sehingga petani beralih ke tanaman komoditi lain seperti padi dan jagung,” jelasnya, Senin (4/1/2021).

Dia menambahkan petani lebih memilih menanam tanaman padi dan jagung karena dianggap lebih menguntungkan dari sisi biaya usaha tani, apalagi tanaman kedelai selama ini kurang mendapatkan insentif dari pemerintah.

Abu Bakar Ba'asyir Bebas Jumat Pekan Ini

“Kendala lain dalam budidaya tanaman kedelai ini adalah penurunan luas panen akibat alih fungsi lahan ke nonpertanian seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Di samping itu, pada 2019 dan awal 2020 terjadi kemarau panjang membuat luas panen kedelai turun,” jelasnya.

Harga Jauh Lebih Murah

Menurut Hadi, banyaknya kedelai impor selama ini yang harganya juga lebih murah pun menjadi penyebab petani tidak menanam kedelai.

Meskipun harga acuan berdasarkan Permendag Noor 27/M-DAG/PER/5/2017 tentang penetapan harga acuan pembelian di petani untuk kedelai Rp8.500/kg.

“Tapi pada awalnya harga jual kedelai di lapangan sekitar Rp6.500 - Rp7.000/kg bergantung pada mutu, ukuran biji kedelai yang beragam dan tercampur varietas lain, di samping produktivitas kedelai di lahan kering sangat rendah baru berkisar antara 1 ton - 1,5 ton/ha,” jelasnya.

Dibagi Dua Gelombang, Ini Jadwal UTBK SBMPTN Tahun 2021

Sementara itu, terkait kelangkaan kedelai yang terjadi saat ini, lanjut Hadi, diduga akibat kondisi cuaca kering di Amerika Serikat sebagai produsen dan menyebabkan harga kedelai naik, serta adanya gelombang kedua Covid-19 di banyak negara produsen kedelai yang menyebabkan terhambatnya pasokan ekspor maupun impor.

“Distribusi antarwilayah di Indonesia mulai tersendat karena mulai ada pembatasan, juga adanya daya beli yang turun dengan harga yang terkontraksi,” imbuhnya.

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, total produksi kedelai Jatim pada 2020 mencapai 57.235 ton dari luas lahan panen 37.378 ha. Dari jumlah itu, konsumsi Jatim mencapai 447.912 ton.

PP Kebiri Kimia Diteken Jokowi, Begini Penjelasan Kemen PPPA

Sentra tanaman kedelai di Jatim terbanyak ada di wilayah Banyuwangi, Jember, Lamongan, Nganjuk, Bojonegoro, Blitar, Trenggalek, dan Pasuruan.

Dia menguraikan proyeksi tanaman kedelai di Jatim untuk tahun ini masih ada potensi pertumbuhan seiring dengan kondisi musim penghujan, yakni dengan luas panen 2021 mencapai 75.539 ha atau naik dibandingkan luas panen pada 2020 yaitu 37.378 ha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya