SOLOPOS.COM - Ilustrasi virus Corona. (Bisnis-Istimewa)

Solopos.com, SOLO -- Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS Patklin) menilai Gerakan Jateng di Rumah Saja tidak akan efektif menekan penularan Covid-19.

Kendati begitu, PDS Patklin menghargai inisiatif yang seolah memberlakukan karantina selama dua hari tersebut. Pengurus bidang organisasi PDS Patklin, dr Tonang Dwi Ardyanto, mengatakan jika hanya dua hari tidak akan cukup memotong rantai persebaran Covid-19.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Selain itu, dalam Surat Edaran (SE) Gubernur tentang Jateng di Rumah Saja terdapat poin yang intinya menyesuaikan kondisi setempat dan kearifan lokal. Artinya, beberapa daerah pasti tetap membuka pasar dan mal alias implementasinya sangat variatif.

Baca Juga: Cek Covid-19 Dengan GeNose Sudah Tersedia Di Stasiun Solo Balapan Loh, Tarifnya Rp20.000

“Semangatnya kami bisa menangkap. Upaya untuk mengingatkan dan menyegarkan lagi. Tapi secara efek, belum signifikan,” katanya kepada wartawan, Jumat (5/2/2021).

Tonang kemudian menjelaskan kenapa waktu dua hari pemberlakuan Jateng di Rumah Saja tak akan efektif memutus penularan Covid-19. Menurutnya, waktu minimal untuk menekan persebaran virus itu adalah 14 hari.

Sedangkan untuk menghentikan persebaran secara total butuh waktu minimal 2 x 14 hari. Karena orang yang pada tanggal 1 Februari tertular tanpa sadar, ia masih mungkin menularkan kepada orang lain sampai 14 hari. Begitu pula, orang yang tertular pada hari ke-14 itu juga masih punya risiko menularkan kembali.

Baca Juga: Busyet Dah! Baru Sehari Diperbaiki, Besi Penutup Drainase Underpass Makamhaji Kartasura Rusak Lagi

Kebijakan Karantina

“Minimal dipotong 2 x 14 hari supaya kalau semua disiplin itu akan terpotong. Bahkan ada teori lagi minimal 3 x 14 hari. Tapi itu kan berat ya. Namun, semangatnya kita dorong dan dukung untuk mengingatkan kembali agar semua orang harus sadar,” jelasnya.

Menurut Tonang, apabila setelah dua hari Jateng di Rumah Saja ada penurunan kasus Covid-19, hal tersebut hanyalah kebetulan. Karena risiko persebaran tak akan terputus hanya dalam dua hari.

Ia juga menyebut kebijakan karantina dua hari itu sudah terlambat mengingat lonjakan kasus sudah begitu tinggi. Jika kebijakan itu diambil saat kasus masih sedikit, masyarakat bisa seketika menahan diri.

Baca Juga: Terancam Luapan 3 Sungai, Warga Sragen Kota Tak Tidur 2 Malam Karena Khawatir Banjir

“Saat KLB [kejadian luar biasa] ditetapkan 13 Maret lalu, Solo betul-betul sepi. Tapi saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat [PPKM] ini malah tidak terasa. Ya inilah kondisi kita,” ucap Tonang.

Ia mengusulkan agar kebijakan Jateng dua hari di rumah saja untuk menekan Covid-19 itu diteruskan dengan upaya penegakan dan pengetatan 4M. Yakni memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan menggunakan sabun dan menghindari kerumunan.

Masyarakat Butuh Contoh Positif

Selain itu pengaturan tentang mobilitas dan sebagainya wajib ditegakkan. Menurutnya, 4M lebih efisien daripada tidak mengizinkan orang keluar rumah selama dua hari. Masyarakat juga membutuhkan contoh positif agar kedisiplinan mereka terus meningkat.

Baca juga: Cek Covid-19 Dengan GeNose Sudah Tersedia Di Stasiun Solo Balapan Loh, Tarifnya Rp20.000

“Misalnya, PPKM dua pekan. Baru dua hari pemerintah sudah mengatakan alhamdulillah berhasil. Jelas ini enggak logis. Dalam hal ini keteladanan yang saya maksud bukan hanya sekadar keteladanan fisik. Empat M salah satunya menghindari kerumunan, kita semua lah, termasuk pemerintah, tidak memberikan contoh yang baik tentang pencegahan kerumunan. Itu satu hal yang saya rasakan,” ujarnya.

Selain itu, Tonang melanjutkan penyampaian informasi yang kurang manajemen risiko justru berdampak negatif. Klaim keberhasilan PPKM yang membikin angka kesembuhan naik dan penularan turun, ia nilai tidak wajar.

Perubahan Permanen

Kalangan terdidik yang mengerti pandemi diminta pura-pura tidak mengerti sehingga masyarakat menjadi apatis. “Apa adanya. Memang PPKM itu dua pekan, efeknya baru terasa nanti setelah dua pekan. Agar perubahan itu jadi perubahan yang permanen, tambah dua pekan lagi. Kan itu mestinya. Bahasa itu dulu kita pakai waktu awal-awal Maret 2020. Tapi setelah itu jadi yah, begitulah,” katanya.

Baca juga: Gerakan Jateng di Rumah Saja, Pelaku Usaha Hiburan Malam Solo Kompak Tutup Total

Sebagai informasi, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menutup seluruh destinasi wisata, tempat hiburan dan rekreasi, serta diskotik, pub, dan karaoke selama Gerakan Jateng di Rumah Saja untuk menekan persebaran Covid-19 akhir pekan ini. Selain itu, Pemkot juga melarang kegiatan car free day (CFD) di jalan mana pun serta melanjutkan aturan lain dalam PPKM.

Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan tambahan aturan sebagai tindak lanjut Surat Edaran (SE) Gubernur telah terbit pada Kamis (4/2/2021). “Warga yang tidak ada kepentingan agar tetap di rumah selama dua hari pada 6-7 Februari. Sanksi bagi yang melanggar protokol kesehatan berupa kerja sosial paling lama delapan jam yang diatur oleh Tim Cipta Kondisi,” katanya kepada wartawan, Kamis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya