SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengklaim kebutuhan jagung di wilayah setempat bisa dipenuhi produksi daerah sendiri. Jateng tegas menyatakan tidak perlu pasokan jagung impor.

Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jawa Tengah mengungkapkan produksi Jagung mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pasalnya, berdsarkan data yang didapatkan, produksi jagung Jateng pada 2017 mencapai 3,5 juta ton.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Distanbun Jateng Yuni Astuti mengatakan kebutuhan jagung di Jawa Tengah mencapai 2 juta ton. Angka tersebut dari total seluruh kebutuhan jagung baik untuk industri pakan ternak maupun peternak ayam mandiri.

“Produksi jagung di Jateng cukup melimpah, dari data terakhir yang diperoleh produksi jagung capai 3,5 juta ton, padahal kebutuhan hanya 2 juta ton sehingga Jateng alami suplus jagung sampai 1,5 juta ton,” kata Yuni saat dihubungi melalui telepon, Rabu (7/11/2018).

Yuni menjelaskan, jagung dari Jateng juga dikirimkan ke sejumlah daerah seperti Jabar. Oleh karenanya Jawa Tengah tidak memerlukan jagung impor.

“Terkait impor jagung saya rasa Jateng tidak memerlukannya karena masih surplus. Meski begitu, saya tidak bisa menjamin apakah jagung impor ada yang masuk ke Jateng karena kewengannya ada di pusat,” tuturnya.

Meski pasokan jagung di Jateng mencukupi, pasar komoditas ini diwarnai persaingan perebutan jagung antara pabrikan pakan dan peternak ayam sehingga membuat bahan utama campuran pakan ini semakin mahal.

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Petelur Nasional Jawa Tengah Suwardi sebelumnya mengatakan produksi telur ayam di Jateng mencapai 1.200 ton/hari. Sementara itu, kebutuhan jagung mencapai 1.450 ton per hari dengan total populasi ayam petelur mencapai 29,5 juta ekor.

“Sementara di lapangan harga jagung naik faktor utamanya di Jawa tidak ada panen raya. Hanya 60% di semester 1 dan 35-40% semester 2 karena kemarau panjang,” kata Suwardi kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), Selasa (2/10/2018). Meskipun harga jagung tinggi, harga telur saat normal Rp19.000/kg-Rp20.000/kg hanya bisa dijual Rp18.000/kg.

Rencana pemerintah mengimpor 100.000 ton jagung sedianya untuk pemenuhan pakan ternak dan bagian stabilisasi harga. Padadahal Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi jagung secara nasional tahun 2018 sudah surplus 12 juta ton pipilan kering (PK).

Lagi pula, selama tiga tahun terakhir ini, Indonesia sejatinya sudah menyetop impor jagung yang biasanya 3,5 juta ton/tahun. Angka itu setara denan penyelamatan Rp10 triliun, devisa negara. Bahkan, di 2018, hingga Oktober, Indonesia sudah mengekspor 370.000 ton jagung ke negara tetangga.

Sementara itu, perhitungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyimpulkan realisasi luas tanam bulan Juni-September 2018, mencapai 1.318.284 ha dengan perkiraan panen bulan September-Desember seluas 1.263.170 ha. Dari perhitungan tersebut, diprakirakan produksi jagung yang dihasilkan mencapai 7,18 juta ton PK.

Dari sisi konsumsi, diperkirakan pada bulan tersebut kebutuhannya mencapai 5,13 juta ton pipilan kering (PK) yang dibutuhkan untuk konsumsi langsung, industri pakan, peternak layer, industri pangan lainnya dan produksi benih. Artinya, masih ada surplus 2,05 juta ton PK di periode bulan September-Desember. Kondisi tersebut menunjukkan suplai jagung dalam negeri akan tetap aman sampai akhir tahun.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya