SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Lady Cempluk dan Gendhuk Nicole yang sudah hidup mapan di Jakarta ini usianya barakan, sama-sama 65 tahun.

Juli 2011 lalu mereka melaksanakan ibadah umrah. Sejak perjalanan dari Jakarta, mendarat di Bandara King Abdul Azis, Jeddah, dilanjutkan naik bus menuju Madinah tentu merupakan perjalanan yang melelahkan. Maklum, simbah-simbah.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Tiba di hotel sekitar pukul 04.00 waktu setempat, mereka berdua menuju kamarnya di lantai lima, salat Subuh dan langsung nglegeyeh istirahat.

Pukul 08.00 mereka terbangun. Berhubung perut sudah ngintir-intir, Cempluk mengajak sarapan, tapi karena Nicole masih capek sehingga Cempluk pergi sendiri.

“Ya sudah, nanti saya bawakan jatah Ibu ke sini”, kata Cempluk sambil keluar kamar.

Namun belum sempat masuk lift ia melihat orang-orang sedang makan di sebuah ruangan. Kemudian ia pun menuju ruang tersebut. Tiba di depan meja makan, Cempluk merasa ada yang aneh, karena orang-orang Indonesia di situ tidak memakai seragam umrah.

Meski puluhan orang memandangnya dengan tatapan aneh, Cempluk cuek saja, “Biarin aja, wong aku sudah bayar hotel lengkap dengan makan sehari tiga kali kok,” pikirnya.

Selesai makan, Cempluk membawakan sepiring nasi untuk Nicole.

“Ini Bu, sepiring nasi tapi menunya sederhana, sayur labu, ikan teri dan krupuk,” kata Cempluk sambil menyerahkan sepiring nasi.

Nggak papa Bu, yang penting kenyang.”

Siang harinya setelah salat Zuhur, seperti pagi harinya Cempluk kembali ke ruang makan dan membawakan sepiring nasi untuk Nicole.

Malam harinya, setelah salat Isya ndilalah ketua rombongan, Jon Koplo, mendatangi kamar Cempluk dan Nicole.

“Tadi kok Ibu berdua tidak sarapan pagi dan makan siang?” tanya Jon Koplo.

“Kami makan kok, tapi tidak ketemu Bapak dan teman-teman lainnya.”

“Ya sudah, kalau begitu mari kita makan malam bersama teman-teman umrah lainnya,” ajak Jon Koplo.

Mereka bertiga turun dengan lift ke lantai satu dan masuk restoran.

“Wooo, tadi pagi dan siang saya tidak makan di sini kok Pak, tapi di ruang makan lantai lima,” jelas Cempluk.

“Ooo… Itu bukan ruang makan untuk peserta umrah Bu, tapi ruang makan khusus untuk TKI,” jelas Jon Koplo.

Mak jenggirat, Cempluk kaget. “Oh, pantas saja menunya sederhana. Di sini ada daging, telur dan sayur lengkap dengan buah-buahan… Kasihan para TKI itu, jatahnya berkurang dua piring,” batin Cempluk menyesal.

(Is Ariyanto, Kartotiyasan RT 04/RWIV, Kratonan, Serengan, Solo 57153)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya