SOLOPOS.COM - Ponijah dan bunga bangkai yang tumbuh di halaman rumahnya. (HARIAN JOGJA/DINDA LEO LISTY)

Ponijah dan bunga bangkai yang tumbuh di halaman rumahnya. (HARIAN JOGJA/DINDA LEO LISTY)

Sejak Kamis (26/1) lalu, Ponijah, 50, warga Dusun Caben RT 2, Sumbermulyo, Bambanglipuro, berlama-lama memanjatkan doa seusai menunaikan salat di rumah sederhananya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya pintakan agar bau tak sedap itu lekas hilang,” kata ibu dua anak itu, Sabtu (28/1) siang. Bau tak sedap itu tidak lain berasal dari bunga bangkai (Rafflesia Arnoldi) yang tumbuh di halaman rumahnya.

Sejak bunga langka setinggi 60 sentimeter itu mekar pada Kamis sore, bau busuk langsung menyeruak hingga malam hari. Bukan hanya Ponijah dan anak bungsunya, Sudaryatno, 21, yang mencium aroma itu.

Sejumlah tetangga sekitar rumah Ponijah juga turut mengendus bau busuk layaknya bangkai binatang itu. Akibatnya, sejumlah warga mulai kasak-kusuk untuk mengenyahkan bunga yang sempat dikerubuti lalat itu.

“Tetangga khawatir kalau bunga itu bakal menyebarkan penyakit,” ujar Ponijah. Waktu itu, Ponijah sempat gundah jika bunga berdiameter sekitar 50 sentimeter itu bakal dibabat warga. “Sayang kalau ditebang. Sebab, bunga semacam ini jadi salah satu daya tarik Kebun Raya Bogor,” imbuh Sudaryatno.

Mahasiswa sekolah vokasi UGM semester tiga itu menambahkan, bau menyengat tersebut mulai mereda pada Jumat (27/1) pagi. “Bau itu hanya muncul saat pertama kali mekar. Sekarang sudah tidak lagi,” lega dia.

Sejak itu, warga sekitar mulai bisa menerima keberadaan bunga yang akrab disebut suweg raksasa itu. Malah, bunga itu kini jadi tontonan sejumlah warga maupun anak-anak setempat yang penasaran dengan bau busuknya.

Ponijah menuturkan, bunga raksasa berkelopak merah marun itu mulai tumbuh sejak dua tahun lalu. Semula, tempat tumbuhnya bunga bertangkai hijau segar serupa lingga itu adalah bekas tanaman pohon ubi.

Pertengahan Desember 2010 lalu, Ponijah dikejutkan oleh kuncup bunga menyerupai jantung pisang yang sudah menyembul dari tanah. “Waktu itu saya belum tahu itu jenis bunga apa. Tetapi tetap saya rawat karena penasaran,” kenangnya.

Selama sekitar satu tahun, kuncup berwarna coklat itu terus tumbuh tinggi dan besar. Setelah memekarkan kelopaknya pada Kamis lalu, Ponijah dan Sudaryatno menyadari kalau kuncup itu adalah bunga bangkai.

“Terkadang saya terbangun di tengah malam untuk sekadar memastikan bunga itu masih utuh,” kata Ponijah. Ketika sanak keluarganya mengusulkan agar bunga itu dibuatkan pelindung dari bambu, perempuan paruh baya itu geleng kepala.

“Biar saja begitu. Toh, sudah tidak bau lagi,” tuturnya. Meski rasa sayang kepada bunga itu lebih besar daripada tanaman lain di halaman rumahnya, Ponijah merelakan jika ada kolektor bunga yang hendak membelinya.

“Semoga bunga ini bisa jadi rezeki saya,” pungkas Ponijah yang sudah sejak lama banting tulang sendiri semenjak ditinggal pergi sang suami.(WARTAWAN HARIAN JOGJA/Dinda Leo Listy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya