SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Bagaimana nasib dunia pariwisata DIY tiga tahun yang akan datang? Masih kah bersinar seperti sekarang ini?

Pertanyaan tersebut akan dijawab dari apa yang dilakukan stake holder, pelaku wisata dan warga DIY sekarang ini. Jika pemerintah daerah, pelaku wisata dan warga sudah merasa puas dengan apa yang ada sekarang, bisa jadi tiga tahun ke depan pariwisata DIY tak akan laku lagi di mata wisatawan.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Kenapa? Karena saat ini semua daerah tengah berlomba-lomba merevitalisasi dunia pariwisata. Banyak pemerintah daerah dan masyarakat lokal yang telah menyadari bahwa sektor pariwisata bisa menjadi lahan yang potensial untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan masyarakat.

Bagaimana dengan DIY? Sudah berpuluh-puluh tahun DIY dikenal sebagai Kota Wisata, terutama Kota Jogja. Ribuan Wisatawan datang ke Jogja untuk berlibur, baik wisatawan lokal maupun manca.

Tak hanya itu, mulai 2011 hotel baru pun bermunculan seiring dengan makin tingginya permintaan kamar. Karena selain Kota Wisata,  Jogja memang dikenal sebagai kota meeting, incentive, convention and exhibition (MICE).

Di Jogja, wisatawan bisa menikmati objek Kraton, Maliboro, Beringharjo, Taman Pintar, dan objek lainnya. Namun, apakah itu sudah cukup? Apakah objek wisata yang sudah ada ini akan mampu memenuhi kebutuhan wisatawan sampai tiga tahun yang akan datang? Atau banyaknya hotel yang berdiri dianggap sudah cukup untuk pertumbuhan wisata DIY? Bagaimana jika wisatawan bosan?

Lantas bagaimana DIY memelihara dunia pariwisatanya? Dulu, tepatnya 2001 untuk memberi semangat dunia pariwisata, DIY pernah membuat slogan Jogja Never Ending Asia. Sayangnya, ini hanya sekadar slogan yang hanya tertulis di becak ataupun kaos. Slogan yang seharusnya teraktualisasi di lapangan, memberi roh bagi para pelaku wisata dan masyarakat Jogja, akhirnya mandul.

Ironisnya banyak pelaku wisata yang tak tahu ada slogan tersebut. Mungkin karena sosialisasi kurang di level grass roots dan slogan ini hanya menjadi santapan wacana para akademisi dan birokrat yang menggelar seminar di hotel mewah.

Lantas, apakah untuk membangun pariwisata DIY masih butuh slogan? Sebenarnya slogan itu tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah semangat dari setiap lini untuk benar-benar menjadikan DIY sebagai kota wisata.

Kesadaran bahwa DIY adalah Kota Wisata harus menjadi roh setiap warga, pelaku wisata dan juga pemerintah daerah. Jika ini direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka wisatawan akan betah tinggal di Jogja.

Warga memberikan etika yang baik sebagai tuan rumah. Pelaku wisata bersama pemerintah daerah bahu-membahu menciptakan inovasi agar objek wisata dan layanan yang diberikan tak hanya itu-itu saja. Sehingga wisatawan memiliki banyak pilihan saat berlibur dan semakin betah tinggal di Jogja.

Jadi, jangan merasa puas karena tahun ini DIY masih kedatangan ribuan wisatawan. Juga jangan terburu gembira karena semakin banyak hotel yang berdiri. Karena jika tak ada inovasi di pelayanan dan objek wisata, wisatawan akan bosan datang ke Jogja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya