SOLOPOS.COM - Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit (RS) JIH Solo, dr. Lucy Endang Savitri, Sp.A. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Jika berbicara mengenai malnutrisi, persepsi orang akan selalu mengaitkannya dengan kondisi kekurangan gizi pada anak. Perlu diperhatikan bahwa malnutrisi juga bisa mengacu pada kondisi kelebihan nutrisi yang bisa berdampak buruk pada kesehatan anak.

Malnutrisi bisa disebut sebagai kondisi ketika seseorang mengalami ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuhnya. Bisa karena kekurangan dan kelebihan.

Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit (RS) JIH Solo, dr. Lucy Endang Savitri, Sp.A, mengatakan sejauh ini malnutrisi yang banyak dikeluhkan adalah berkaitan dengan kondisi kekurangan nutrisi. Ketika berat badan anak yang kurang, atau tinggi badan kurang, akan menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi orang tua.

Sementara untuk anak dengan kondisi kelebihan nutrisi biasanya jarang dikeluhkan. Bahkan tidak jarang sebagian masyarakat akan senang ketika anak atau cucunya gemuk.

“Jadi justru yang jadi kewaspadaan adalah yang kelebihan ini, karena banyak yang terlewat,” jelas dr. Lucy kepada Solopos.com, Senin (21/8/2023).

Untuk melihat apakah anak dalam kondisi normal atau mengalami malnutrisi, maka perlu dipantau lebih lanjut pertumbuhannya. Tidak hanya berat badannya, tapi juga termasuk tinggi badan dan lingkar kepala. Penghitungan pertumbuhan anak tersebut dapat mengacu pada ketentuan yang sudah ada, misalnya ketentuan yang telah tertera di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau buku pink.

“Jika sudah dapat diukur [berat badan, tinggi badan, lingkar kepala], nanti dimasukkan ke dalam kurva. Dari situ dapat dilihat anak tersebut kelebihan berat badan atau tidak,” jelasnya.

Jika hasil penghitungannya ternyata melebihi ketentuan atau batas normal, hendaknya segera dikonsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut guna memastikan kondisi kesehatan anak tersebut.

Dijelaskan bahwa kelebihan berat badan pada anak bisa mempengaruhi metabolisme. Apalagi kelebihan berat badan tersebut karena dipicu makanan tertentu seperti gula atau lemak yang berlebih. Meski untuk anak-anak masih memerlukan asupan lemak, namun jika lemak yang dikonsumsi terlalu banyak, maka akan berdampak tidak baik bagi tubuhnya. Terlebih bagi anak yang sudah mengalami kelebihan berat badan.

“Dampak jika terjadi kelebihan, adalah gangguan metabolik. Penyakit metabolisme yang biasanya diderita pada saat dewasa akan datang lebih cepat. Misalnya diabetes, hiperkolesterol, hipertensi, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal dan sebagainya,” jelasnya.

Selain soal pola makan, pola aktivitas anak juga berpengaruh pada berat badan anak. Anak yang jarang beraktivitas akan cenderung berpotensi mengalami kegemukan.

 

Rekomendasi
Berita Lainnya