Jamu untuk ayam kanada

Budi daya ayam kanada batik kini mulai marak. Namun memasuki musim penghujan seperti sekarang, para pehobi dihadapkan pada tantangan yang berat.

Tak jarang ayam  mengalami gangguan tak terduga, seperti terkena diare. Jika penyakit ini tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian.
   
“Saat ini memang banyak ayam kanada batik milik saya yang terkena diare. Hal ini disebabkan perubahan cuaca yang kemarin panas dan saat ini sering terjadi hujan,” jelas Olimah pehobi ayam kanada batik, saat ditemui Harian Jogja, di Pasar Satwa dan Tanaman Hias (PASTY), Dongkelan, Bantul, Minggu (27/11).
   
Diare biasanya ditandai gejala ayam terlihat lesu dan mengeluarkan kotoran yang encer. Nafsu makannya juga cenderung berkurang. Jika ayam kanada batik telah mengalami tanda-tanda tersebut, segera diberikan perawatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tidak selamanya harus  menggunakan obat kimia atau membawa ke dokter herwan. Suplemen herbal dengan menggunakan ramuan jamu tradisional juga dapat dijadikan alternatif.

Olimah biasa mencampur kunir, jahe, kencur yang telah dilumatkan atau ditumbuk dalam jumlah secukupnya. Ramuan itu dicampurkan pada apakan ayam. Sekilas semua ini mirip ramuan jamu yang digunakan manusia.
   
“Saya sedikit terinspirasi resep nenek saya zaman dulu, jika diare diberi kunir yang diparut dan diperas airnya, lalu diminum. Kunir memang diketahui mengandung antibiotik yang mampu meredakan diare secara efektif,” ungkapnya.
   
Karena itu, tak ada salahnya mengunakan  jamu tradisional dengan biaya yang lebih murah dan cara yang lebih praktis untuk mengobati ayam sakit. Selain menggunakan obat tradisional, ada baiknya mencegah dengan menjaga kebersihan kandang ayam agar alasnya tetap kering dan tidak becek.
   
Olinah menegaskan, saat musim hujan seperti sekarang ada baiknya kandang diletakkan di dalam ruangan. Dengan demikian ayam tidak terkena udara malam yang dingin. Akan lebih baik baik lagi jika kandang ayam diberi penutup agar terjaga kehangatannya. (Wartawan Harian Jogja/Kharisma Ayu Febriana)

HARJO CETAK