SOLOPOS.COM - Sejumlah peserta International Conference mengunjungi stan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu yang mengikuti pameran jamu tradisional di sekitar Auditorium Muhammad Djazman, UMS, Jumat (22/6/2012). (JIBI/SOLOPOS/Eni Widiastuti)

Sejumlah peserta International Conference mengunjungi stan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu yang mengikuti pameran jamu tradisional di sekitar Auditorium Muhammad Djazman, UMS, Jumat (22/6/2012). (JIBI/SOLOPOS/Eni Widiastuti)

SOLO-Masyarakat diminta berhati-hati ketika mengonsumsi obat tradisional. Pasalnya belum semua jamu tradisional terbukti secara klinis soal manfaat dan kegunaannya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Komisi Nasional Saintifikasi Jamu, Dr Siswanto MHP DTM, mengungkapkan saat ini ada empat formula jamu yang sudah dibuktikan secara ilmiah tentang manfaat dan kegunaannya. Yaitu jamu anti diabetes, anti asam urat, anti hipertensi dan anti kolesterol.

“Pembuktian manfaat jamu secara imiah tidak bisa diakukan secara cepat,” ujarnya saat ditemui wartawan di sela-sela International Conference Research and Application on Traditional, Complementary and Alternative Medicine in Health Care yang digelar Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Auditorium UMS, Jumat (22/6/2012).

Pembuktian manfaat jamu secara ilmiah yang tidak bisa dilakukan secara cepat, ungkapnya, karena sebuah penelitian membutuhkan waktu lama dan metodologi yang digunakan harus kokoh. Tujuannya agar hasil penelitian itu bisa dipercaya.

Ia menguraikan produk jamu secara umum terdiri atas tiga jenis. Yaitu jamu tradisional, obat herbal standar yang diproduksi perusahaan jamu dan fitofarmaka. Jamu tradisional biasanya berkhasiat menjaga kesehatan dan mencegah penyakit, misalnya jamu yang ditawarkan penjual jamu gendong.
Obat herbal standar diproduksi dengan bahan yang sudah standar, sudah mengalami uji preklinik pada hewan tapi belum dilakukan uji klinik pada manusia. Sedangkan fitofarmaka sudah menjalani uji preklinik dan uji klinik sehingga khasiatnya jelas.

Jika ingin mengonsumsi jamu tradisional, ungkapnya, seseorang harus proposional dan mengonsumsi jamu yang berkhasiat untuk menjaga kesehatan. Jika jamu tradisional diklaim sebagai penyembuh penyakit tertentu, Siswanto mengimbau masyarakat hati-hati. Jika salah konsumsi, bisa fatal akibatnya.

Sementara Dekan Fakultas Farmasi UMS, Muhammad Da’i, mengungkapkan selama ini UMS sudah bekerja sama dengan beberapa industri jamu untuk meneliti kandungan senyawa aktif pada jamu tersebut. Hal itu sebagai salah satu bentuk nyata UMS membantu masyarakat untuk mengonsumsi jamu yang sehat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya