SOLOPOS.COM - Dua mahasiswa UKSW Salatiga mengemas permen jeli herbal di kampusnya, beberapa waktu lalu. (Semarangpos.com-Humas UKSW)

Solopos.com, SALATIGA — Produk herbal yang lazim disebut jamu oleh masyarakat Indonesia banyak diminati karena dipercaya mampu meningkatkan imunitas agar terhindar dari virus corona. Meski demikian, masih banyak yang tidak suka mengonsumsi jamu karena rasanya yang pahit sehingga dibikinlah permen jeli herbal.

Enggannya mengonsumsi jamu yang pahit itu membuat dosen Program Studi (Prodi) Teknologi Pangan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) bersama mahasiswanya membuat sebuah inovasi. Mereka mengubah jamu menjadi permen jeli herbal yang mudah dikonsumsi berbagai kalangan, termasuk anak muda.

Dosen Prodi Teknologi Pangan FKIK UKSW Salatiga, Dhanang Puspita, mengatakan ide membuat jamu atau obat herbal menjadi permen itu muncul karena masyarakat sekarang mulai banyak yang mengonsumsi jamu. Bahkan di daerah tertentu, seperti Toraja, sejak dulu ramuan herbal daun miana digunakan sebagai obat batuk.

Baca Juga: 4 Zodiak Ini Konon Tidak Suka Berbagi, Benarkah?

“Permasalahannya, jamu herbal rasanya pahit dan kurang diterima lidah sehingga tidak semua orang mengonsumsi. Karena itu perlu upaya agar jamu bisa dinikmati semua kalangan, termasuk anak-anak. Kami mencoba membuat permen herbal dalam bentuk jeli sehingga kita bisa mengenalkan produk herbal ke permen,” tuturnya Dhanang.

Ada dua jenis permen herbal yang dihasilkan Danang dan timnya, yakni permen herbal berbahan dasar miana dan sambiloto. Proses pembuatan permen ini pun diawali dengan ekstrasi untuk mengeluarkan senyawa bioaktif dari tumbuhan.

Tutupi Rasa Pahit

Setelah itu, dilakukan pelekatan dengan cara menambah bahan pengikat yang bertujuan untuk mengentalkan cairan dan menyalut senyawa bioaktif. Tujuannya agar tidak rusak dan menutupi rasa pahit.

Baca Juga: Ini 5 Zodiak Jago Berimajinasi, Kamu Termasuk?

“Permen herbal ini mengandung saponin, tanin, dan flavanoid. Zat tersebut bermanfaat sebagai antimikroba dan dan pemicu iminutas tubuh. Total, kami memerlukan waktu dua hari untuk proses pembuatan permen ini karena membutuhkan waktu lama untuk pengeringan. Satu kali produksi bisa menghasilkan 500 butir permen. Selain sudah diuji kandungan fitokimianya, kami juga sudah melakukan uji standar SNI untuk menguji kadar air dan kekenyalannya,” imbuh Dhanang.

Permen herbal ini juga sudah dibagikan ke beberapa dosen dan mahasiswa FKIK untuk tes rasa. Rencananya permen herbal ini akan dibagikan saat peringatan Paskah mendatang.

“Sudah ada pembicaraan dengan pihak industri untuk memproduksi permen ini secara massal. Kami di lingkup akademisi melakukan penelitian dan hilirisasinya sudah dibicarakan dengan dunia industri,” imbuhnya.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Rekomendasi
Berita Lainnya