SOLOPOS.COM - Ilustrasi pelayanan di kantor BPJS Kesehatan. (JIBI/Solopos/Antara)

Jaminan kesehatan nasional membawa efek positif bagi masyarakat maupun industri lain.

Harianjogja.com, SLEMAN — Keberadaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan tidak hanya membawa dampak positif pada pasien tetapi juga kepada sektor pendukung lain seperti industri makanan dan minuman. Kontribusi bisa mencapai ratusan triliun.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Baca Juga : JAMINAN KESEHATAN NASIONAL : BPJS Tegaskan Tak Ada Lagi Fasilitas PUMP

Ekspedisi Mudik 2024

Direktur Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan Andayani Budi Lestari mengatakan, JKN membawa imbas baik untuk sektor industri makanan dan minuman, industri produk farmasi, dan jasa kesehatan pemerintah. Sebab, dengan diberlakukannya JKN BPJS Kesehatan sejak 2014 lalu, setidaknya sektor-sektor ini ikut tergerak.

“Karena ada BPJS Kesehatan, orang jadi banyak yang ke rumah sakit. Usaha makanan dan minuman yang ada di sekitar rumah sakit jadi tergerak. Obat-obatan juga,” tutur Ani di Indoluxe Hotel, belum lama ini.

Berdasarkan data yang ia miliki, kegiatan makanan dan minuman berkontribusi Rp17,2 triliun untuk perekonomian negara pada 2016 kemarin, sektor industri produk farmasi Rp10,1 triliun, dan jasa kesehatan pemerintah Rp57,9 triliun.

Pada 2021 nanti diproyeksikan kontribusi untuk negara akan lebih besar karena pada 2019 pemerintah menargetkan seluruh masyarakat Indonesia sudah dijamin BPJS Kesehatan. Jasa kesehatan pemerintah naik menjadi Rp110 triliun, industri produk farmasi menjadi Rp19,1 triliun, dan industri makanan dan minuman menjadi Rp32,6 triliun.

Selain untuk perekonomian Indonesia, JKN juga berkontribusi menyerap tenaga kerja. Jasa kesehatan pemerintah yang pada 2016 ini menyerap 864.000 orang, pada 2021 meningkat menjadi 1,35 juta orang. Industri produk farmasi dari 27,2 juta menjadi 42,5 juta pekerja, dan industri makanan dan minuman dari 34,1 juta menjadi 53,2 juta orang.

Ani mengakui, saat ini jumlah kunjungan peserta BPJS Kesehatan ke faskes tingkat pertama (FKTP) maupun tingkat lanjutan semakin tinggi. Jika dibandingkan dari 2014 dengan 2016, jumlah kunjungan ke FKTP seperti puskesmas, dokter praktik, atau klinik pratama naik dari 66,8 juta ke 120,9 juta. Pemanfaatan di poliklinik rawat jalan rumah sakit naik dari 21,2 juta kunjungan menjadi 49,2 juta kunjungan. Sementara pemanfaatan rawat inap rumah sakit naik dari 4,2 juta menjadi 7,6 juta. “Ini bukan suatu kesuksesan [kinerja BPJS Kesehatan] karena masih banyak orang yang sakit,” tuturnya.

Menurutnya, ukuran kesuksesan terletak pada kepuasan penggunaan fasilitas kesehatan dari BPJS Kesehatan. Berdasarkan survei, tingkat kepuasan konsumen terhadap BPJS Kesehatan pada 2015 mencapai 73,8% dan per Agustus 2016 naik menjadi 80,3%. Menurutnya, program ini akan sukses jika dilakukan secara berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya