SOLOPOS.COM - Ilustrasi kartu BPJS Kesehatan. (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SURABAYA — Perusahaan asuransi kesehatan swasta berkeinginan bergabung dalam skema jaringan layanan perlindungan kesehatan yang dikelola pemerintah melalui BPJS.

Hal ini dilakukan agar swasta bisa melengkapi perlindungan versi pemerintah yang dilakukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, termasuk di dalamnya Kartu Indonesia Sehat (KIS). Integrasi layanan juga bisa mengerem penurunan industri.

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Chief Executive Officer AXA General Insurance Indonesia Paul-Henri Rastoul mengatakan penerapan asuransi wajib bagi seluruh warga menurunkan kinerja asuransi kesehatan swasta sebesar 15%-30%.

Penurunan, tutur dia, disebabkan perusahaan menengah ke bawah mengalihkan perlindungan ke asuransi wajib pemerintah. Sedangkan untuk memberikan pelayanan tambahan, perusahaan cenderung menunggu.

“Pengaruh ada di jangka pendek, 2 sampai 3 tahun,” jelasnya di sela-sela AXA Day di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Selasa (18/11/2014).

Menurutnya setelah masyarakat sadar pentingnya asuransi maka dampak positif akan dirasakan industri. Kesadaran pasar meningkat sehingga diharapkan penyedia perlindungan kesahatan swasta juga semakin tumbuh.

“Kalau sekarang perusahaan menengah kecil akan berat beli private [layanan swasta] dan public [layanan dasar pemerintah], tapi untuk medium ke atas tidak masalah,” imbuhnya.

Dia menggambarkan di Spanyol diterapkan perlindungan asuransi wajib. Industri juga terdampak pada tahap awal penerapan, tapi setelahnya asuransi tambahan tetap tumbuh positif.

Pola serupa dinilai akan berlaku di Indonesia pula. Meski demikian, untuk memperpendek waktu pemulihan, asuransi swasta ingin bisa bergabung dengan jaringan perlindungan wajib milik pemerintah. “Kami sedang membicarakan dengan BPJS bagaimana agar perlindungan kami compatible dengan mereka,” ujarnya.

Bila cara ini bisa dilakukan, Paul optimistis pelambatan asuransi kesehatan hanya akan terasa dalam setahun. Setelahnya agen maupun broker bisa menawarkan asuransi lebih mudah sehingga pertumbuhan eksponensial bisa terjadi.

PT Asuransi AXA Indonesia pada tahun lalu membukukan premi bruto Rp468 miliar dan premi net Rp205 miliar. Jumlah tersebut diperoleh dari asuransi perorangan, bisnis maupun kesehatan. Porsi asuransi kesehatan dari keseluruhan bisnis tersebut 25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya