SOLOPOS.COM - Penyandang cacat tuna daksa mengikuti permainan dalam rangkaian Jambore Nasional Anak Berkebutuhan Khusus(ABK) di Lorin Bussines Resort and Spa Solo, Rabu (26/9/2012). (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Penyandang cacat tuna daksa mengikuti permainan dalam rangkaian Jambore Nasional Anak Berkebutuhan Khusus(ABK) di Lorin Bussines Resort and Spa Solo, Rabu (26/9/2012). (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Di tengah kebosanannya, Rivan Herditya Pranada, siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP-LB) Negeri 2 Jakarta, Rabu (26/9/2012), memainkan jemarinya di atas tuts piano di lobi Hotel Lorin, Colomadu. Tak sekadar musik kelas anak-anak, ia justru memainkan komposisi gubahan David Foster bahkan karya komponis klasik Johann Sebastian Bach.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Rivan merupakan salah satu perwakilan DKI Jakarta dalam gelaran Jambore Nasional Anank Berkebutuhan Khusus (ABK) 2012 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Keisengan bocah penyandang autis tersebut mengundang perhatian panitia penyelenggara. Di dampingi ibunya, Kusumaning Dyah, Rivan yang sudah sejak usia 7,5 tahun menggeluti piano ini diarahkan untuk memainkan beberapa musik klasik.

Ekspedisi Mudik 2024

Dalam perhelatan yang diselenggarakan 25-28 September itu, terkumpul 165 ABK dari 33 propinsi di Indonesia. Masing-masing anak dengan satu orang guru pendamping. Lima ABK wakil propinsi terdiri dari siswa penyandang disabilitas tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa dan autis.

Bekerjasama dengan Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, penyelenggara mengemas kegiatan berbasis permainan ala kepramukaan. “Bentuk permainannya sama seperti yang dimainkan anak pada umumnya. Namun, kami berkonsultasi dengan pembimbing ABK yang sudah berpengalaman untuk mengemas permainan agar aman untuk ABK,” ungkap koordinator kegiatan dari Kwarnas, Yusak Manitis kepada Solopos.com.

Kegiatan yang mengarahkan jiwa kewirausahaan ABK juga disiapkan, seperti pelatihan seni kriya dari barang bekas, membatik dan mendongeng. Memang ada kesulitan mendampingi ABK dalam berkegiatan. Namun, menurut Yusak, justru ada rasa timbal balik antara yang normal dan ABK saat berinteraksi. “Suatu saat, kegiatan seperti ini perlu disatukan antara ABK dan anak normal untuk membuka pemahaman masyarakat tentang ABK,” tambah Yusak.

Beragam potensi ABK ditampilkan di acara ini. ABK yang mewakili masing-masing provinsi pun dipilih yang terbaik. Seorang siswi asal SMP-LB Negeri Linggosaribaganti, Sumatra Barat, Silvi Fitriani, 15, mahir dalam keterampilan menjahit, membuat bunga dan menyulam jilbab. Di antara siswa di sekolahnya, menurut guru pendamping Silvi, Marsilen, ia paling menonjol.

“Mengarahkan ABK penyandang tunarungu seperti Silvi ini memang paling susah. Selain sulit mendengar, dia pun sulit berbicara. Lebih sulit mendampingi ABK tunarungu daripada yang lainnya,” jelas Marsilen.

Berbeda dengan Marsilen, guru pendamping ABK asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Martha Silvia, mengatakan lebih sulit mendampingi anak tuna daksa. Mereka lebih sensitif dan perawatan kebersihannya pun perlu bantuan ekstra. Namun, mendampingi ABK pada masing-masing kebutuhan, menurut Martha, memiliki keunikan sendiri-sendiri. Pada anak autis misalnya, akan lebih banyak berkomunikasi karena keaktifan dan kekritisan mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya