SOLOPOS.COM - Ilustrasi kloset untuk jamban keluarga sehat. (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Jamban sehat belum dimiliki semua warga Desa Nglegi

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Pemerintah Desa Nglegi, Kecamatan Patuk berkomitmen penuh mendukung program pemerintah mengenai kepemilikian jamban representatif. Hingga sekarang, dari 889 Kepala Keluarga (KK), sudah ada 800 rumah di desa itu yang memiliki jamban sehat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Desa Nglegi Suroyo mengatakan penyadaran masyarakat tentang pentingnya penerapan Pola Hidup bersih dan sehat sudah dilakukan sejak lama. Bahkan di 2008 lalu, pihak desa sudah mendeklarasikan bebas Buang Air Besar Sembarangan.

Namun demikian, kata Suroyo, komitmen ini belum disertai dengan kepemilikan jamban yang representatif. Seiring dikeluarkannya standarisasi tentang jamban sehat, di mana harus menggunakan model leher angsa, maka mulai 2012 lalu terus diggalakkan program jamban yang layak dan sehat.

“Kalau dulu cukup ada jamban dan air saja. Tapi untuk sekarang harus ada saluran pembuangan terpisah,” kata Suroyo kepada Harian Jogja, Jumat (13/11/2015).

Dia menjelaskan, untuk pembangunan jamban sehat, selain upaya warga secara mandiri, pengadaan juga menggunakan dana milik desa atau bantuan dari pemerintah. Terkadang, masyarakat juga mengadakan dengan cara iuran untuk dibelikan kloset bagi warga yang kurang mampu.

“Hasilnya saat ini sudah terlihat. Dari 889 Kepala keluarga, 800 rumah di antaranya sudah memiliki jamban sehat,” tutur dia.

Suroyo menambahkan, pemdes konsisten dan berkomitmen penuh agar seluruh masyarat bisa memiliki fasilitas jamban sehat. Bahkan untuk menghindarkan warga BABS saat pergi bertani, pemdes rela membangunkan WC umum yang letaknya tidak jauh dari areal pertanian. “Dengan begini warga tidak buang sembarangan,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulagan Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul Sumitro mengakui, belum seluruh warga memiliki fasilitas jamban sehat. Hingga sekarang masih ada 23% dari seluruh rumah yang belum dilengkapi fasilitas tersebut.

Dia menjelaskan, untuk mencapai 100% warga memiliki jamban sehat, dibutuhkan beberapa tahapan dan butuh kerja sama lintas sectoral. Langkah awal, dengan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya PHBS melalui Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

“Di program ini ada lima pilar, tapi kami fokuskan pada stop BABS dan cuci tangan dengan sabun,” kata Sumitro.

Ditargetkan di tahun depan, masyarakat Gunungkidul sudah bebas BABS. Jika hal itu bisa dilakukan, tahap selanjutnya dengan menggalakan program kepemilikan jamban sehat.

“Target ini sampai 2019. Untuk mencapai program ini juga dibutuhkan partisipasi dan kesadaran masyarakat tetang pola hidup sehat,” imbuh Sumitro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya