SOLOPOS.COM - Truk melintas di ruas jalur evakuasi erupsi Gunung Merapi di depan Pesanggrahan PB X, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Jumat (6/11/2020). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Jalur evakuasi pengungsi Gunung Merapi di Kabupaten Klaten dikeluhkan. Kondisi jalur evakuasi itu menjadi kendala utama warga dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap erupsi Merapi.

Jalur evakuasi utama yang menghubungkan Kaliwuluh-Deles hingga kini kian rusak parah terutama di depan Pesanggrahan Paku Buwono X.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Jalur evakuasi alternatif yang melintasi jalan di tengah kampung kini juga mulai rusak seiring banyaknya truk pengangkut material galian C yang melintas pada ruas jalan tak sesuai kelasnya,” ujar salah satu warga Dukuh Mbangan, Desa Sidorejo, Kemalang, Klaten, Sukiman, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (5/11/2021).

Baca Juga: Setahun Status Merapi Siaga, Warga KRB III Klaten Tetap Tenang-Waspada

Sukiman menjelaskan di Sidorejo ada tiga kampung yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) III erupsi Merapi yakni Dukuh Petung, Dukuh Mbangan, serta Dukuh Ngemplak. Jumlah warga di tiga kampung itu sekitar 600 orang.

Secara umum, kondisi warga setahun terakhir tetap santai dan tenang meski tingkat aktivitas Merapi masih bertahan pada level Siaga. Warga tetap beraktivitas biasa seperti mencari rumput untuk pakan ternak.

Sukiman menjelaskan aktivitas Merapi mengeluarkan lava pijar maupun awan panas setahun terakhir relatif ke arah barat dan barat daya atau tidak mengarah ke wilayah Klaten. Hujan abu dari aktivitas Merapi juga pernah mengguyur wilayah Sidorejo namun hujan abu tipis.  “Secara umum warga masih tenang dan biasa,” kata dia.

Baca Juga: Banyak Lulusan S1-S2 Daftar Perangkat Desa, Ini Respons Bupati Wonogiri

Warga yang tinggal di daerah rawan bahaya erupsi Desa Tegalmulyo juga dipastikan masih tenang serta beraktivitas seperti biasa.

“Aktivitas masih seperti biasa, tidak terpengaruh status siaga yang sudah dari dulu. Kemudian aktivitas wisata kuliner dan warung di atas tetap buka seperti biasa. Jadi sama sekali tidak terpengaruh,” kata salah satu Sukarelawan Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Purnama.

Purnama mengatakan sekitar 128 keluarga tinggal di kampung yang masuk KRB III meliputi Dukuh Canguk, Sumur, dan Pajegan. Meski tenang dan beraktivitas seperti baisa, Purnama memastikan hingga kini warga tetap waspada terhadap potensi ancaman erupsi.

Baca Juga: Tes Pengisian Perangkat Desa di Wonogiri Pakai CAT

Seperti tetap mempertahankan gedung serbaguna di depan kantor desa setempat sebagai tempat evakuasi sementara (TES). Saat awal-awal Merapi ditetapkan pada status siaga, sebagian warga terutama kelompok rentan dari KRB III mengungsi ke TES tersebut saban malam.

Namun, pada Februari 2021, warga mulai menetap kembali dan tinggal di rumah mereka masing-masing. “TES sampai saat ini stand by dan sebagian besar [sekat], belum dibongkar,” kata Purnama.

Kaur Perencanaan Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Jainu, menjelaskan warga beraktivitas seperti biasa namun tetap menjaga kewaspadaan mereka terhadap ancaman erupsi Merapi. Dia menjelaskan ada 450 warga yang tinggal di KRB III wilayah Balerante. “Sekarang ini aktivitas warga seperti biasa layaknya kondisi Merapi normal,” tutur dia.

Baca Juga: Dua Situs Cagar Budaya di Klaten bakal Dilompati Jalan Tol Solo-Jogja

Sebagian warga yang tinggal di KRB III Desa Balerante saat awal penetapan status siaga setahun lalu sempat mengungsi di TES berlokasi di gedung serba guna desa serta eks gedung SD. Hingga pada Februari 2021, warga memilih pulang ke rumah mereka masing-masing. Meski tak ada lagi warga yang mengungsi, TES tetap dipertahankan.

 

Selter Pengungsian

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Nur Tjahjono Suharto, menjelaskan hingga kini tingkat aktivitas Gunung Merapi masih bertahan pada level Siaga. Nur mengakui guguran awan panas maupun lava pijar masih aktif meluncur dari puncak Merapi.

Namun, arah luncuran masih cenderung ke barat dan barat daya, atau tak mengarah ke wilayah Klaten yang berada di tenggara Merapi. Dampak hujan abu dari aktivitas Merapi ke wilayah Klaten hingga kini relatif tipis. “Untuk wilayah Klaten sampai saat ini masih mandali [aman dan terkendali],” kata Nur.

Baca Juga: Proyek Mulai Masuk Klaten, Tol Solo-Jogja I bakal Rampung Agustus 2023

Meski terhitung masih aman dari dampak guguran lava pijar, awan panas, maupun hujan abu, Nur menegaskan upaya kesiapsiagaan terhadap ancaman erupsi tetap dipertahankan. Dia mencontohkan seperti tiga selter pengungsian di Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan; Desa Menden, Kecamatan Kebonarum, serta Desa Demakijo, Kecamatan Karangnongko yang masih dikhususkan untuk mengantisipasi ketika ada gelombang pengungsian dari warga lereng Merapi.

“Sekat-sekat di selter pengungsian masih dipertahankan karena saat ini juga masih dalam kondisi pandemi Covid-19,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya