SOLOPOS.COM - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mengamuk kala melihat jalan provinsi di Kabupaten Subang, Jawa Barat, yang kondisinya kotor dan licin akibat tanah galian PTPN berceceran dari sebuah truk pengangkut.

Solopos.com, SUBANG — Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mengamuk kala melihat jalan provinsi di Kabupaten Subang, Jawa Barat, yang kondisinya kotor dan licin akibat tanah galian PTPN berceceran dari sebuah truk pengangkut.

“Awalnya saya mendapat laporan warga yang merasa terganggu karena jalan raya menjadi kotor oleh tanah galian,” kata Dedi melalui sambungan teleponyang dikutip Solopos.com dari Antara, di Subang, Senin (17/1/2022).

Promosi Kisah Agen Mitra UMi di Karawang: Penghasilan Bertambah dan Bantu Ekonomi Warga

Warga Desa Lengkong, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang, merasa terganggu karena jalan raya menjadi kotor oleh tanah galian.

“Ini yang berserakan tanah galian PTPN, Pak. Tanah kotori jalan jadi licin,” kata salah seorang pria yang saat itu menghampiri Dedi Mulyadi.

Baca Juga: Ganjar Siap Berantas Pungli dan Permudah Regulasi Demi Dukung Investasi

Mendengar hal tersebut Dedi langsung melakukan penelusuran ke areal Perkebunan Jalupang milik PTPN VIII dan mendapati jalan perkebunan rusak karena dilewati sejumlah truk pengangkut tanah.

“Bahkan jalan yang rusak parah membuat mobil minibus tak bisa lewat. Jadi jalan itu hanya bisa dilalui oleh truk, paparnya.

Dedi kemudian menemukan satu truk yang sedang terparkir di pinggir jalan.

Ia menyampaikan agar sopir truk bisa lebih peka dengan membersihkan ban dan bagian truk lainnya sebelum masuk ke jalan raya.

“Ini ban kotor masuk ke jalan, tanah berserakan, hujan dikit pengendara motor bisa jatuh. Belum lagi kalau tanah mengering, itu bisa menyebabkan debu,” ucap Dedi kepada sopir truk.

Baca Juga: Dahlan Iskan Pernah Diperas Anggota DPR, Siapa Dia?

Tak jauh dari situ, Dedi menemukan warung yang selama ini digunakan sebagai tempat pungutan liar setiap truk lewat. Di tempat ini Dedi bertemu beberapa orang pria yang mengaku warga setempat.

Dari pengakuan pria tersebut, setiap truk yang lewat membayar Rp10.000. Uang tersebut disebutnya untuk kepentingan warga.

“Dasarnya apa minta Rp10.000? Buat apa? Kalau bapak bilang itu uang untuk warga, buktinya tadi warga protes minta tolong ke saya. Kalau tidak ada dasarnya saya akan lapor ke polres bahwa ini pungutan liar. Pokoknya kalau ini masih kotor besok mobil saya palangin (parkir melintang) di sini,” kata Dedi Mulyadi.

Terkait hal tersebut, Dedi sempat meminta penjelasan Manajer Perkebunan Jalupang Yudi Mulyadi melalui sambungan telepon. Ia menanyakan asal usul tanah yang diangkut diduga berasal dari perkebunan.

Baca Juga: Jangan Bingung! Ini Perbedaan Sedekah dan Hibah yang Harus Diketahui

Ia meminta penjelasan apakah ada kerja sama yang jelas antara perkebunan dan pihak pengangkut tanah karena truk tersebut melintas di areal perkebunan hingga menyebabkan kerusakan jalan.

Tak lupa ia menyampaikan keluhan warga terkait tanah yang berceceran di jalan.

Sementara PTPN menyebutkan truknya hanya lewat sedangkan tanahnya di luar area perkebunan.

Dedi Mulyadi meminta agar pihak perkebunan segera melakukan pengecekan langsung ke lokasi karena jalan areal perkebunan menjadi rusak parah.

“Saya berharap hal seperti ini tidak lagi terjadi di tengah masyarakat karena meski bagi sebagian orang ceceran tanah sepele, tapi bisa berakibat kecelakaan di jalan raya yang bisa merenggut nyawa,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya