SOLOPOS.COM - Foto Gua Gilap JIBI/Harian Jogja/Gilang Jiwana

Foto Gua Gilap
JIBI/Harian Jogja/Gilang Jiwana

Gua Gilap yang berada di Dusun Klumpit, Desa Kendeng Kecamatan Ponjong tengah dikembangkan untuk objek wisata minat khusus.

Promosi Cerita Penjual Ayam Kampung di Pati Terbantu Kredit Cepat dari Agen BRILink

Seluruh akses menuju Dusun Klumpit hanya dapat dicapai dengan menelusuri jalan cor semen yang sempit dan berliku. Tetapi di dusun ini terdapat Gua Gilap yang memiliki potensi untuk wisata.

Dukuh Klumpit, Sariyo mengatakan Gua Gilap merupakan sumber air utama warga Klumpit. Bahkan pada 1987 Pemerintah Jepang memberikan bantuan berupa pompa air tenaga surya di gua ini. Sayangnya, setelah 10 tahun pompa rusak dan hanya menyisakan sisa bangunan operasional.

Meski sudah bertahun-tahun ada, ternyata warga baru mengetahui potensi sebagai lokasi wisata belum lama. “Kalau selama ini masyarakat hanya masuk sampai sebatas untuk mengambil air saja. Kami baru tahu kalau ditelusuri lebih jauh ternyata ada potensi besar sebagai lokasi wisata,” kata Sariyo.

Bertekad membuka kawasan konservasi berbasis wisata, mereka bersama dengan sejumlah pemandu dari objek wisata gua lain di Gunungkidul mencoba menelusuri dan berbagi pengalaman.

Akhirnya satu pemikiran didapat yaitu mengembangkan wisata minat khusus ini. Pintu masuk Gua Gilap berbentuk ceruk besar dengan diameter sekitar 50 meter. Di tempat ini, jajaran stalagtit sudah menggantung memenuhi langit-langit ceruk.

Tak ada kendala menuju pintu masuk karena tangga fasilitas pompa air bantuan Jepang masih ada. Tantangan sebenarnya baru dimulai ketika mulai menembus kegelapan menuju perut bumi Gua Gilap.

Kondisi jalan yang licin dan berbatu justru membuat perjalanan menjadi semakin menantang. Di sejumlah titik, pengunjung harus merayap dinding gua dengan bantuan tali pengaman yang telah disiapkan. Tak jarang pula penelusuran dibumbui pendakian.
Perjalanan menelusuri aliran sungai bawah tanah yang berarus tenang itu berlangsung selama sekitar 45 menit.

Sepanjang perjalanan, beberapa biota gua yang sudah beradaptasi dengan lingkungan gelap menyapa. Ornamen gua juga tampak mulai menghiasi koridor sungai bawah tanah, seperti gourdam (ornamen berbentuk menyerupai petak sawah) dan flowstone (ornamen seperti bunga mekar) yang menjulur dari atap gua dan berkilau.

Hingga tanpa terasa perjalanan terhenti di sebuah ruang utama Gua Gilap. Ruang utama Gua Gilap terasa seperti ensiklopedia ornamen gua. Mulai dari courtain (ornamen berbentuk menyerupai gorden) yang berhelai mirip tirai hingga helectite (stalagtit yang bercabang) dapat ditemui di gua ini.

Atap gua dari lantai gua, stalagmit dan straw, stalagmit muda yang berbentuk seperti sedotan juga muncul di sela-sela gourdam.
Bahkan bila ditelusuri lebih jauh lagi, terdapat gugusan ornamen berbentuk teratai yang terbentuk dari batuan kapur. Sayang ornamen langka ini berada di area terlarang yang hanya dapat dikunjungi oleh kalangan ilmuwan dan peneliti gua.

Kepala Bidang Konservasi dan Pengembangan Wisata Yayasan Acintyacunyata, Bagus Yulianto yang memfasilitasi perintisan wisata Gua Gilap mengatakan, gua ini memang tidak seluruhnya dibuka untuk pengunjung.

Ada beberapa area terlarang yang hanya dapat dikunjungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan karena sifat ornamennya yang unik.
Pelarangan ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian ornamen gua yang terbentuk secara alami selama ribuan tahun.

“Kalau semua orang boleh masuk dikhawatirkan akan merusak hasil proses ribuan tahun. Bahkan kepada peneliti yang masuk juga diberlakukan aturan ketat karena kita mengusung konsep wisata konservasi,” papar Bagus, Kamis (23/5).

Meski sudah ditelusuri, Bagus mengatakan dirinya belum akan merekomendasikan masyarakat untuk membuka sebelum benar-benar siap menjadi pemandu. Menurutnya, Gua Gilap cukup ekstrem sehingga lebih memilih menyebutnya sebagai wisata umum terbatas karena hanya beberapa orang yang disarankan masuk dalam satu waktu. Selain itu, karena medannya yang menantang para pemandu baru memerlukan pengalaman lebih sebelum bisa membuka kawasan ini.

“Kami akan mendampingi, termasuk memberi pelatihan mengenai cave rescue dan teknik penelusuran gua kepada warga yang berminat menjadi pemandu, tapi dalam waktu dekat mudah-mudahan sudah bisa diluncurkan,” tambahnya.

Tak ayal, potensi wisata ini membuat warga Klumpit tersenyum menatap masa depan. “Banyak yang harus dilakukan, tapi kami optimistis. Warga bahkan sudah berinisiatif mengajukan bantuan ke sejumlah pihak untuk pengadaan alat keselamatan,” kata Sariyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya