SOLOPOS.COM - Iringan-iringan gerobak sapi ikut memeriahkan perayaan Cap Go Meh di Klaten. (Moh Khodiq Duhri/JIBI/SOLOPOS)


Atraksi tarian liong dipentaskan sejumlah pemuda di Alun-alun Klaten dalam rangka memeriahkan perayaan Cap Go Meh, Minggu (24/2/2013). Sejumlah gerobak sapi ikut memeriahkan perayaan Cap Go Meh kali ini. (Moh Khodiq Duhri/JIBI/SOLOPOS)

Suara musik rancak menggema di Alun-alun Klaten, Minggu (24/2/2013). Alunan musik khas itu mengiringi atraksi barongsai dan liong untuk memeriahkan perayaan Cap Go Meh.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perayaan Cap Go Meh di Klaten kali ini lain dari biasanya. Selain dimeriahkan atraksi barongsai dan liong, perayaan Cap Go Meh juga dimeriahkan pawai budaya yang diikuti ratusan peserta multikultur.  Tidak hanya kalangan warga Tionghoa, perayaan pawai budaya di Klaten juga diikuti kalangan kiai, santri, umat Katolik, umat Hindu, umat Budha, seniman dan lain-lain.

Sebanyak 45 pembawa bendera merah putih menjadi ujung tombak jalannya pawai budaya. Barisan selanjutnya diisi perwakilan Dewan Pengurus Cabang (DPC) Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) disusul rombongan yang membawakan pertunjukan barongsai dan liong. Barisan Serba Guna Anshor (Banser) ikut mengisi barisan berikutnya.

Di belakang barisan ini terdapat rombongan gerobak sapi dari Prambanan. Mereka tergabung dalam Paguyuban Gerobak Sapi Langgeng Sejati. Sapi yang digunakan untuk menarik gerobak itu lain dari biasa. Sapi jenis benggala ini berukuran lebih besar dari sapi pada umumnya.

“Karena ukuran tubuhnya yang cukup besar, seekor sapi ini dijual dengan harga Rp50 juta,” ujar Ketua Paguyuban Gerobak Sapi Langgeng Sejati, One Krisnata Jaetun, saat ditemui Solopos.com di sela-sela acara.


Iringan-iringan gerobak sapi ikut memeriahkan perayaan Cap Go Meh di Klaten. (Moh Khodiq Duhri/JIBI/SOLOPOS)

Di belakang barisan gerobak sapi, terdapat 75 warga yang tergabung dalam Forum Selawat Klaten. Berbekal alat musik rebana, mereka membawakan lagu-lagu selawatan di jalan. Disusul kemudian barisan dalang cilik, Perkumpulan Pedalangan Indonesia (Pepadi), Forum Madrasah Diniyah, Majelis Agama Budha Indonesia (Magabudi), Paruman Walaka Parisada Hindu Darma Indonesia (PW PHDI), Paguyuban Senirupawan Klaten (Pasren) dan lain sebagainya.

“Pawai budaya ini mengambil rute sejauh sekitar 2 kilometer. Tidak kurang dari 54 elemen masyarakat Klaten ikut memeriahkan perayaan Cap Go Meh. Sepanjang jalan dan trotoar menjadi saksi indahnya keberagaman,” ujar penggagas kegiatan dari Paguyuban Mitra Multikultur Indonesia (MMI), Jazuli A Kasmani.

Jazuli menjelaskan Indahnya Keberagaman merupakan tema yang diusung dalam perayaan Cap Go Meh kali ini. Melalui tema itu, pihaknya ingin mengingatkan bahwa warga negara Indonesia hidup dalam masyarakat yang majemuk.

“Perbedaan adalah pemersatu bangsa. Pawai ini boleh diikuti siapapun namun harus memenuhi dua syarat. Syarat pertama adalah cinta NKRI, Pancasila dan UUD 45. Syarat kedua, dilarang membawa agenda dan atribut politik apapun, mulai dari pemilu, pilkada atau pilkades sekalipun,” papar Jazuli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya