JAKARTA–Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) optimistis wilayah DKI Jakarta masih menjadi primadona untuk pembangunan hotel baru minimal hingga 2 tahun mendatang.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Sejumlah pengelola hotel, seperti Accor dan Panorama Hospitality Management bahkan sudah siap-siap ekspansi jaringan dengan membangun sejumlah hotel baru.
Accor saja sudah berancang-ancang ekspansi 11 hotel baru khusus di wilayah DKI Jakarta hingga 2014. Ketua PHRI DKI Jakarta Krishandi mengatakan wilayahnya masih menarik untuk mengembangkan bisnis hotel, terutama untuk hotel di bawah bintang lima.
“Hampir setiap sudut DKI Jakarta terhitung menarik untuk pengembangan hotel baru. Kami melihat sejumlah investor masih tertarik membangun hotel di Jakarta,” katanya kepada Bisnis hari ini (Rabu 26/9/2012).
Dia mengatakan Jakarta memiliki daya tarik untuk bisnis hotel, terutama untuk hotel nonbintang lima. PHRI mencatat rata-rata tingkat hunian kamar (okupansi) hotel nonbintang lima di Jakarta berkisar antara 60%-80% selama ini. Realisasi okupansi tersebut, lanjutnya, sudah tergolong bagus, apalagi untuk hotel baru.
Berdasarkan catatan PHRI, terdapat sekitar 600 unit hotel di Jakarta, di mana sekitar lebih dari 70% nya hotel berbintang empat ke bawah per semester I/2012.
Selain itu, hasil riset Accor mengungkapkan rata-rata pebisnis Indonesia menghabiskan US$81 per malam untuk biaya akomodasi hotel selama semester I/2012.
Biaya yang dikeluarkan pebisnis Indonesia berada pada urutan paling bawah dibandingkan dengan sembilan negara lainnya, seperti Singapura, India, dan Thailand.
Pengeluaran pebisnis di Australia & Asia
untuk hotel (per malam) semester I/2012
Negara |
Belanja |
Negara |
Belanja |
Australia |
US$173 |
Thailand |
US$107 |
Singapura |
US$156 |
Malaysia |
US$105 |
India |
US$133 |
China |
US$98 |
Hong Kong |
US$129 |
Indonesia |
US$81 |
Selandia Baru |
US$128 |
Sumber: Riset Accor 2012.