SOLOPOS.COM - Foto Pemeriksaan Jajanan Sekolah JIBI/Harian Jogja/Antara

Foto Pemeriksaan Jajanan Sekolah
JIBI/Harian Jogja/Antara

JOGJA—Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) DIY masih menemukan bahan tambahan pangan berbahaya di jajanan sekolah seperti borak, maupun zat pewarna makanan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Temuan BBPOM itu menambah jumlah makanan berbahaya yang beredar di DIY. Sebelumnya, mi berformalin dengan jumlah hampir satu ton ditemukan di pabrik pembuatannya di Jogja dan Pasar Argosari Wonosari.

Setelah itu, Harian Jogja menemukan 12 jenis buah-buahan impor yang mengandung zat pengawet mayat juga dijualbelikan di Kota Pelajar ini.

Kepala Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya BBPOM DIY, Diah Tjahjonowati mengungkapkan untuk mengawasi jajanan sekolah lembaganya menguji sampel secara rutin di lima kabupaten/kota. Jajanan yang dijadikan sampel diambil dari sekolah-sekolah dan yang dicurigai mengandung zat berbahaya. Dalam mengujian ada empat penekanan yang dilakukan yaitu pewarna makanan, boraks, formalin maupun microbiologi (higienis dan sanitasi).

Berdasarkan hasil pengujian tersebut BBPOM mengakui masih menemukan kandungan zat berbahaya di jajanan sekolah seperti pewarna makanan maupun boraks. Pewarna yang mencolok memang masih terdapat di beberapa jajanan seperti kue, sementara untuk boraks juga masih ditemukan pada kerupuk.

Ini diungkapkan Diah terjadi karena masih ada pedagang atau produsen yang belum mengetahui bahaya penggunaan bahan itu. BBPOM mengklaim temuan zat berbahaya terus mengalami penurunan secara signifikan.

Dicontohkan misal dalam pengujian periode pertama di suatu sekolah ditemukan 78% kandungan zat berbahaya pada jajanan, diperiode kedua turun menjadi 20%.

“Kalau temuan masih ada, tetapi terus turun, kesadaran pedagang sudah mulai tinggi. Secara umum higienisitas dan sanietas juga bagus,” ucap Diah di kantornya Jumat, (3/4).

Disinggung temuan formalin, Diah hanya mengungkapkan zat pengawet mayat itu kemungkinan ada pada jajanan sekolah yang menggunakan mi berformalin. Namun ia enggan memberikan keterangan rinci soal hasil temuan karena tidak dapat disampaikan ke publik.

Diah hanya menegaskan BBPOM terus mengawasi dengan ketat jajanan sekolah dengan pengujian rutin. Pedagang yang diketahui menggunakan zat berbahaya akan diberikan penyuluhan, kemudiaan akan diuji lagi suatu waktu dan akan diberikan penyuluhan jika masih ditemukan. Ini akan terus dilakukan sampai pedagang tidak lagi menggunakan zat berbahaya tersebut.

“Pedagang yang ada itu kan industri rumah tangga yang terus aktif, makanya kami lebih mengedepankan pembinaan. Jangan sampai mereka gulung tikar, tapi tetap kesehatan dan keselamatan anak-anak terjaga,” kilah dia.

Kepala BBPOM DIY, Abdul Rahim menegaskan secara umum jajanan sekolah dalam kondisi baik dan aman. Selama ini untuk pengendalian zat-zat berbahaya, BBPOM memiliki kebijakan penekanan pada Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) disamping pengujian yang dilakukan. Pedagang yang diketahui menggunakan zat berbahaya memang hanya akan diberikan penerangan.

Kebijakan ini dilakukan selain melindungi anak juga untuk melindungi pedagang. Sebagai bentuk komitmen pengawasan jajanan di sekolah, ke depan BBPOM akan mulai membidik juga untuk pengujian jajanan sekolah menengah pertama (SMP).

“Selama ini memang masih fokus pada sekolah-sekolah dasar, tetapi ke depan kami sudah akan memotret keadaan jajanan di sekolah-sekolah menengah pertama,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya