SOLOPOS.COM - Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati didampingi para pejabat meninjau proyek The New Kemukus di wilayah Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Jumat (26/11/2021). (Istimewa/Diskompinfo Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — The New Kemukus menjadi proyek besar Pemkab Sragen untuk mengubah citra negatif objek wisata Gunung Kemukus yang selama ini dikenal sebagai wisata esek-esek. Objek wisata yang berada di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, ini akan di-branding menjadi wisata keluarga  dan religi. Maka nama The New Kemukus diambil.

Proyek yang menelan anggaran Rp48,4 miliar ini ditarget rampung pada 5 Desember 2021. Berdasarkan pantauan Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, pada Jumat (26/11/2021) lalu, progres pembangunan sesuai trek, yakni telah mencapai 95%. Bupati yang akrab disapa Yuni ini optimistis The New Kemukus bisa dibuka untuk umum tahun awal depan, meski belum menetapkan tanggal pastinya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Alhamdulillah, Kemukus sudah hampir selesai, sekarang jadi keren. Pada 5 Desember mendatang ditargetkan harus selesai,” ungkapnya.

Baca Juga: Gunung Kemukus Sekarang Keren, Fasilitasnya Semakin Lengkap

Ekspedisi Mudik 2024

Bupati Yuni menjelaskan dibangunnya The New Kemukus ini untuk merubah stigma negatif masyarakat tentang Gunung Kemukus.

“Prioritasnya Pemkab Sragen ingin merubah stigma negatif Gunung Kemukus. Tidak hanya merubah citra, namun juga akan mengubah kehidupan masyarakat sekitar. Keberadaan Makam Pangeran Samudro bakal direvitalisasi karena menjadi daya tarik sebagai objek wisata religi,” terang Bupati.

Wanita berkerudung ini memastikan akan melibatkan seluruh elemen warga di sekitar Gunung Kemukus untuk ambil bagian dalam pengelolaan The New Kemukus. Dengan pelibatan ini, masyarakat juga merasa memiliki dan mau ikut memajukan The New Kemukus. “Satu per satu sektor pariwisata di Sragen segera bangkit lagi,” ujar Yuni, seperti dikutip dari situs resmi Pemkab Sragen.

Baca Juga: Pembangunan The New Kemukus Nyaris Selesai, Tahun Depan Dibuka

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Sragen, I Yusep Wahyudi, mengatakan pembangunan The New Kemukus adalah proyek multiyears, dari 2020-2021. Proyek ini merevitalisasi sejumlah sarana. Mulai dari pembuatan pendapa di depan makam Pangeran Samodro, pendapa kedua, museum, dan Sendang Ontrowulan.

Selain itu untuk Fasilitas The New Kemukus semakin lengkap karena ada tambahan penataan pada sejumlah areal.

“Mulai dari areal tempat parkir yang luas, area kuliner, area play ground, areal masjid, hingga areal gerbang masuk di Dukuh Barong. Semua sudah hampir selesai dan tinggal finishing. Insya Allah tahun depan bisa operasional,” ujar Yusep.

Ritual Seks Bebas

Mengutip artikel yang dimuat Liputan6.com pada 25 November 2019, ritual seks bebas di Gunung Kemukus sempat menjadi sorotan dunia lantaran dipublikasikan seorang pewarta asal Australia. Hasilnya, memang ditemukan adanya kegiatan prostitusi berkedok mencari sugih.

Baca Juga: 6 Mitos Populer yang Berkembang di Masyarakat Sragen

Dugaan adanya cari untung dalam ritual seks juga diungkapkan lima mahasiswa UGM Yogyakarta. Mereka adalah Fitriadi, Melfin Zaenuri, Rangga Kala Mahasiswa, dan Surya Aditya, dan Taufiqurahman.

Dalam penelitiannya, mereka mengungkap fakta di balik mitos ritual seks di Gunung Kemukus. Disebutkan, ritual seks itu sengaja diciptakan oleh oknum tertentu guna mendongkrak bisnis prostitusi alias esek-esek.

“Berdasar penelitian kami, mitos ritual seks memang sengaja diciptakan oleh beberapa oknum tertentu atau agen untuk kepentingan ekonomi,” ujar Taufiqurahman, salah seorang peneliti.

Terdapat dua versi mitos untuk para peziarah makam Pangeran Samodro. Pertama, bersumber dari juru kunci makam. Juru kunci biasanya menyatakan bahwa berziarah ke Makam Pangeran Samudro harus berniat lurus dan suci bahkan melarang para peziarah melakukan ritual seks.

Baca Juga: Rp48M Untuk Ubah Citra Wisata Esek-Esek Gunung Kemukus, Apa Saja Realisasinya?

Sedangkan versi ke dua bersumber dari orang luar. Dari sini, mereka justru mengharuskan para peziarah lakukan ritual seks. Itu harus dilakukan bila peziarah ingin doanya terkabul.

“Versi ini diwacanakan oleh pemilik warung dan jasa penginapan yang sekaligus menyediakan perempuan pekerja seks untuk kepentingan ekonomi,” ujar Taufiqurahman.

Diduga mitos versi kedua untuk menggairahkan bisnis prostitusi di Gunung Kemukus agar terus berjalan. Apalagi selama ini, perputaran rupiah dalam bisnis prostitusi tersebut tergolong besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya