SOLOPOS.COM - Pamong Desa Bumiharjo, Nguntoronadi, Wonogiri, mengecek pohon pisang ambon kuning pekarangan warga, Kamis (14/9/2017). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Desa Bumiharjo, Nguntoronadi, Wonogiri, menjadi sentra pisang.

Solopos.com, SOLOPOS — Populasi pohon pisang raja bulu di desa sentra pisang, Bumiharjo, Nguntoronadi, tahun ini meningkat sembilan kali lipat dibanding tahun lalu menjadi 36.000 batang. Kini warga sedang mengembangkan pisang unggul jenis lain, yakni ambon kuning.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Desa (Kades) Bumiharjo, Sugiyanto, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Kamis (14/9/2017), mengatakan tahun lalu populasi pohon masih 4.000 batang. Tahun ini mencapai 36.000 batang yang terdiri atas 9.000 batang pohon utama dan 27.000 anak pohon bibit.

Puluhan ribu batang pohon itu berasal dari 9.000 pohon induk sebelumnya yang sudah panen dan menghasilkan 9.000 tandan pisang. Pohon induk itu menghasilkan lebih dari lima batang anak pohon/batang.

Namun, yang bisa dijadikan bibit unggul hanya empat batang. Satu batang dijadikan pohon utama dan tiga batang lainnya dijadikan bibit. Seluruh pohon utama dan bibit tertanam di pekarangan warga 11 dusun dan empat demplot di lahan seluas lebih kurang 5 hektare (ha).

“Panen 9.000 tandan kemarin [panen beberapa bulan lalu] hasilnya memuaskan. Yang buahnya maksimal bisa laku Rp300.000/tandan. Harga itu dua kali lipat lebih tinggi dari raja biasa paling bagus sekali pun yang harganya hanya Rp150.000/tandan. Jadi pisang bisa menjadi tabungan. Tujuh bulan sekali warga bisa mendapat uang dengan menjual pisang,” kata Kades.

Hampir seluruh warga menanam pisang raja bulu di pekarangan rumah masing-masing. Ada yang menanam belasan batang, ada pula yang menanam puluhan batang. Sebatang pohon menghasilkan satu tandan pisang.

Permintaan buah pisang raja bulu di Wonogiri sangat tinggi. Bahkan, warga kewalahan memenuhi permintaan yang melebihi kapasitas produksi 9.000 tandan. Permintaan biasanya datang dari pedagang atau bakul pisang dari Tirtomoyo, Baturetno, Purwantoro, dan dari daerah lain, seperti Sukoharjo dan Ponorogo, Jawa Timur.

Selain bisa mendapatkan uang dari buah, warga kini dapat mengantongi pendapatan dari menjual bibit pohon pisang. Sebatang bibit dijual seharga Rp15.000/bibit. Warga menjualnya melalui pameran-pameran potensi desa.

Banyak pula warga luar desa yang membeli langsung dari pemilik bibit. Separuh dari total bibit sebanyak 27.000 batang sudah terjual. Apabila ada yang mau membeli dalam skala besar, Kades memastikan akan bisa memenuhinya.

“Pada awal program warga belum bisa menjual bibit. Kalau sekarang sudah bisa,” imbuh Kades.

Kini warga mengembangkan dengan menanam pohon pisang ambon kuning. Pada tahap awal pengembangan ditanam 6.000 batang dengan rincian 400 batang ditanam di tiga demplot selebihnya ditanam di pekarangan warga. Pisang ambon kuning akan bisa dipanen awal musim penghujan mendatang.

Warga Dusun Putuk RT 003/RW 002, Suwignyo, mengatakan menanam pisang raja bulu lebih menguntungkan daripada pohon jati. Pohon pisang bisa menghasilkan uang tujuh bulan sekali. Sedangkan jati bisa dijual jika sudah berusia 15 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya