SOLOPOS.COM - Deklarasi SMAN 1 Cepogo, Boyolali, sebagai sekolah ramah anak di lapangan upacara sekolah tersebut, Kamis (26/1/2023). (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALISMAN 1 Cepogo, Boyolali, dideklarasikan sebagai sekolah ramah anak (SRA). Berbagai program dilakukan untuk mendukung program itu, salah satunya dengan mengadakan gelar karya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) pada Kamis (26/1/2023).

Dalam acara tersebut, siswa kelas X menunjukkan kreasi makanan dan minuman tradisional kreasi mereka di lapangan upacara. Ada dawet ayu, tiwul, cenil, getuk, jamu, dan lain sebagainya yang dijual oleh para siswa dengan harga Rp2.000-Rp6.000 per porsi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sebagian siswa lainnya tampil dengan tari-tarian seperti Topeng Ireng, Gambyong, dan Rodat. Sebagian lagi menampilkan aksi story telling dan teatrikal di depan tamu undangan. Di antara tamu undangan ada perwakilan dari Cabang Dinas (Cabdin) Pendidikan Wilayah V Jawa Tengah.

Kemudian dari Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Boyolali, dan instansi lain. Acara dilanjutkan dengan peluncuran dan penandatanganan deklarasi SMAN 1 Cepogo Boyolali sebagai sekolah ramah anak oleh Kepala Cabdin Pendidikan Wilayah V Jawa Tengah, Sadimin.

Kepala DP2KBP3A Boyolali Ratri S Survivalina, Kepala SMAN 1 Cepogo Elok Nur Faiqoh, dan stakeholder lain seperti dari kepolisian, TNI, dan pemerintah kecamatan ikut deklarasi. Salah satu siswa kelas X 2, Intan Pinatih, mengaku menampilkan cerita dalam bahasa Inggris terkait penemuan Candi Lawang di Gedangan.

Menurutnya, bercerita dengan bahasa Inggris dapat membantu Candi Lawang dikenal secara global. “Bahasa Inggris kan bahasa internasional, siapa tahu nanti ada orang luar yang melihat video saya, jadi bisa paham,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di lokasi.

Tak hanya itu, ia bersama kawan-kawannya juga membuat makanan tradisional untuk dijual saat gelar karya. Intan mengungkapkan pada semester sebelumnya juga telah diajari pembuatan makanan tradisional oleh guru sehingga dapat membuat jajanan seperti dawet ayu, satai, serabi dan sebagainya.

SMAN 1 cepogo boyolali
Gelar karya masakan tradisional pada proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) oleh siswa kelas X SMAN 1 Cepogo, Kabupaten Boyolali di lapangan upacara sekolah setempat, Kamis (26/1/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Intan mengaku senang dengan adanya gelar karya P5 dengan tema kearifan lokal di sekolahnya. Menurutnya, generasi muda seperti dirinya bisa lebih mendalami budaya Indonesia, khususnya di Cepogo.

Tidak Ada Hukuman Fisik dan Bullying

Terkait sekolah ramah anak, Intan mengungkapkan selama dia bersekolah di SMAN 1 Cepogo, Boyolali, tak pernah mendapat hukuman fisik. Selain itu, sepengetahuannya tak ada kasus bullying di sekolahnya.

“Dengan kegiatan deklarasi SRA dan gelar karya P5 ini kami jadi belajar dari masa lampau, bersekolah juga dengan lebih nyaman karena sekolah kami sudah ramah anak,” kata dia.

Sementara itu, Kepala SMAN 1 Cepogo, Elok Nur Faiqoh, mengungkapkan sekolahnya telah ramah anak bahkan sebelum deklarasi. Ia mengungkapkan tak ada hukuman fisik bagi anak ketika mereka melanggar. Yang ada hanya kesepakatan dengan anak yang melakukan pelanggaran.

Ia menjelaskan kesepakatan tersebut juga bukan kesepakatan yang sewenang-wenang. Namun, kesepakatan yang bersifat mengarahkan untuk kebermanfaatan sekolah dan siswa.

“Yang terpenting dari SRA itu mindset untuk ramah anak. Sebelum deklarasi ini kami tidak tertulis harus ramah dengan anak karena telah dilakukan sehari-hari. Setelah deklarasi ini kami mencari tahu bagaimana sekolah ramah anak,” ujar Kepala SMAN 1 Cepogo, Boyolali, itu.

Elok juga mengungkapkan pelaksanaan SRA tak hanya melibatkan guru dan murid, akan tetapi juga seluruh stakeholder masyarakat. Sementara itu, terkait gelar karya P5 dengan tema kearifan lokal bertujuan agar anak-anak menjadi lebih mengenal budaya dan tempat-tempat bersejarah di sekitar Cepogo.

“Jadi termasuk dolanan tradisional, tarian, cagar budaya dan sebagainya, ternyata beberapa anak juga baru tahu. Jadi biar mereka mengenal budaya sendiri, kan lucu ketika tinggal di Cepogo tapi tidak tahu,” ujarnya.

Ia berharap dengan deklarasi sekolah ramah anak dan gelar karya P5 yang dijadikan satu dapat menjadikan SMAN 1 Cepogo kondusif untuk mencetak generasi unggul dan inovatif tanpa meninggalkan budaya sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya