SOLOPOS.COM - Bupati bersama para dokter dan tim Kemenkes berfoto bersama di sela-sela visitasi ke RSSP Sragen menuju RS Pendidikan di Aula Flamboyan Lantai III RSSP Sragen, Senin (28/3/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — RSUD dr. Soehadi Prijonegoro (RSSP) Sragen menyiapkan 37 dokter spesialis sebagai dosen luar biasa. Hal ini berkaitan dengan status RS pelat merah ini sebagai RS Pendidikan tingkat Provinsi Jateng sejak 2019.

Pada Senin (28/3/2022), tim dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan visitasi ke RSSP Sragen. Tim yang terdiri atas lima orang itu dikoordinir Christiana Hendarjudani. Kedatangan mereka disambut para dokter dan direksi RSSP Sragen serta Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, di Aula Flamboyan Lantai III Gedung RSSP Sragen.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSSP Sragen, Joko Haryono, mengungkapkan sudah lama RSPP menjadi RS Pendidikan. Yakni sejak 2019, tetapi baru tingkat Provinsi Jateng. RSSP kemudian menjadi RS Pendidikan nasional dan baru ada visitisasi tim Kemenkes pada Senin siang.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: RSUD Sragen Punya Gedung Untuk Pasien VIP, Jangan Kaget dengan Tarifnya

“Yang pertama kami siapkan SDM [sumber daya manusia]. Dalam hal ini dokter spesialis yang nantinya menjadi dosen luar biasa serta SDM, sarana, dan prasarana (sarpras). Kemudian fasilitas pendukung seperti ruang pembelajaran, perpustakaan, ruang diskusi, ruang istirahat para dokter koas dan seterusnya. Dosen luar biasa yang disiapkan sebanyak 37 orang. Mereka ini juga dituntut adanya penelitian karena mereka akan mendapatkan honorarium dari pihak perguruan tinggi,” jelas Joko yang juga Wakil Direktur Pelayanan RSSP Sragen.

Ia menjelaskan ada perbandingan secara proporsional antara jumlah dosen dan mahasiswa. Untuk kelas residen atau kelas dokter spesialis, setiap satu dosen mengampu tiga mahasiswa. Sementara untuk kelas koas atau pendidikan profesi dokter, satu dosen mengampu lima mahasiswa. Untuk kelas perawat dan bidan, satu dokter mengampu sampai tujuh mahasiswa.

“Fasilitas empat dasar kesehatan, seperti bedah dalam, obgyn, dokter anak, dan seterusnya. Untuk pelayanan residen ada tambahan fasilitas seperti ruang bedah umum, onkologi, ortopedi, jantung, paru, dan seterusnya. Para mahasiswa residen ini sebenarnya dokter yang mengambil pendidikan spesialis. Mereka ini sudah dokter sehingga memiliki hak dalam pelayanan kesehatan tetapi ada batasannya,” jelasnya.

Baca Juga: 5 Rumah Sakit di Sragen Punya Rapor Merah, Bupati Mencak-Mencak

Ada tiga perguruan tinggi yang bekerja sama dengan RSSP Sragen. Mereka adalah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogayakrta, dan Universitas Darussalam (Unida) Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Unida baru membuka Fakultas Kedokteran dan belum memiliki RS Pendidikan sehingga menggandeng RSSP.

Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, senang RSSP Sragen menjadi RS Pendidikan. Menurutnya menjadi RS Pendidikan itu bukan sekadar pelayanan pasien, tetapi juga memiliki fungsi mendidik dan meluluskan dokter.

“Ini menjadi capaian prestasi tersendiri di RSSP. Sekarang sudah bekerja sama dengan tiga perguruan tinggi. Tentu mereka memiliki banyak mahasiswa sehingga RS utamanya ada di Solo maka posisi RSSP Sragen sebagai RS Pendidikan satelit,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya