SOLOPOS.COM - Ilustrasi kambing. (freepik)

Solopos.com, BOYOLALI – Menjelang Iduladha 2022 yang terjadi persebaran penyakit mulut dan kuku atau PMK membuat banyak orang memilih membeli kambing dibandingkan sapi sebagai hewan kurban, termasuk di Boyolali. Kambing menjadi primadona hewan kurban karena sebagian masyarakat menilai kambing jarang terkena PMK.

Ihwal pernyataan kambing menjadi primadona hewan kurban dibandingkan sapi tersebut disampaikan salah satu peternak asal Kebon Gulo, Musuk, Boyolali, Drajat Triwibowo, 31, saat dihubungi Solopos.com, Rabu (15/6/2022).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Jarang sekali kambing ada kambing terkena PMK. Selain itu, misal biasanya iuran kurban sapi untuk tujuh orang iuran Rp3 juta, sekarang enggak cukup untuk beli sapi yang bagus. Tapi uang Rp3 juta sudah bisa beli kambing bagus,” kata dia.

Lebih lanjut, Drajat mengungkapkan harga kambing untuk kurban naik sekitar Rp300.000 – Rp500.000 tergantung berat dan kualitas kambing. Drajat mengungkapkan harga kambing kurban sekarang berkisar dari Rp2,5 juta – Rp3,5 juta.

“Saya kemarin sudah jual ke Jakarta dan Salatiga, harganya sudah Rp3 jutaan ke atas. Paling nanti sampai sana harganya Rp4 jutaan. Untuk jenisnya ada kambing jawa randu dan silang PE. Intinya kambing yang dicari yang benar sehat dan standar kurban, jadi sudah poel,” jelas dia.

Baca juga: Mantap, 20 Anak Tidak Mampu Boyolali Dapat Bantuan Kambing

Ia mengatakan pembelian kambing telah ramai akan tetapi ia memperkirakan akan lebih ramai lagi pada saat pasar hewan mulai dibuka.

“Kalau yang cari sekarang biasanya orang yang cari stok, kalau nanti beli mendekati Iduladha ya malah harganya turun. Tapi nanti enggak bisa pilih kambing, jadi kualitasnya beda kalau dibandingkan yang sekarang,” jelasnya.

Dalam wawancara sebelumnya, Kepala Bidang (Kabid) Produksi Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Gunawan Andriyanto, mengungkapkan kambing menjadi primadona saat Iduladha 2022 dikarenakan daya beli masyarakat berkurang dan stok sapi yang terbatas.

Baca juga: Susu & Daging Kambing Potensial Ekspor

Menurut Gunawan, daya beli masyarakat berkurang karena ada pembatasan lalu lintas ternak yang diterapkan untuk mengendalikan penyakit mulut dan kuku. “Biasanya sapi kurban sebagian dari Jawa Timur, sapi jenis Madura. Tapi karena lalu lintas ditutup, ya jumlah ternak berkurang. Selain itu, harga sapi jenis tersebut biasanya lebih murah dari sapi peternak lokal sini yang sapinya jenis limosin dan metal,” jelas dia.

Ia memperkirakan terbatasnya stok sapi tersebut membuat calon pembeli hewan kurban memilih harga sapi yang tinggi atau membeli kambing.

“Iuran kurban semisal 7 orang masing-masing Rp3 juta dapat satu sapi karena harga sapi madura Rp17 juta – Rp18 juta. Tapi sekarang sapinya lebih mahal karena yang ada metal dan limosin,” kata dia.

Baca juga: Sapi di Madu Boyolali Bergejala PMK, Peternak: Kami Hancur-Hancuran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya