SOLOPOS.COM - Ambar Wahyudi, 38, warga Dusun Carikan, Kalurahan Bumirejo, Kulonprogo, saat ditemui di kandang ternak merpati hias miliknya beberapa waktu lalu.(Harian Jogja/Hafit Yudi Suprobo)

Solopos.com, KULONPROGO — Menjadi guru honorer selalu identik dengan kesejahteraan minim. Dengan gaji tak seberapa namun banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Hal ini yang lantas membuat Ambar Wahyudi, 38, memutuskan untuk banting setir dari guru honorer menjadi peternak merpati hias. Keputusan warga Dusun Carikan, Kalurahan Bumirejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulonprogo ini tak salah. Pendapatannya naik berkali lipat dengan menjadi peternak.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Beternak merpati hias memang sudah menjadi aktivitas keseharian Yudi selain menjadi guru honorer yang sudah ia geluti selama kurang lebih 9 tahun terhitung sejak tahun 2000. Yudi sendiri pernah menjadi guru kelas III di SD Negeri Butuh, Kalurahan Bumirejo.

Baca Juga: Inspiratif, Anak Buruh Tani Sumberlawang Sragen ini Kuliah S2 di Swedia

“Selama sembilan tahun itu, akhirnya saya memutuskan resign karena merasa upah guru non-PNS waktu itu sangat rendah. Sementara, saya sudah berkeluarga dan memiliki satu anak yang harus dihidupi,” kata Yudi pada Senin (10/1/2022).

Keputusan Yudi untuk menekuni ternak merpati hias mendapatkan restu istrinya. Faktor lain yang membuatnya ingin fokus beternak merpati hias adalah banyaknya pelanggan.

“Pelanggan saya kerap datang ke rumah saat saya mengajar. Alhasil, saya kerap izin pulang ke rumah. Itu yang membuat saya tidak enak dengan murid-murid saya. Saya akhirnya memutuskan untuk fokus beternak merpati hias. Kalau saya harus meninggalkan usaha ini (beternak merpati hias) ya saya berat, kalau mengandalkan gaji honorer ya tidak cukup. Untuk beli susu anak saya saja susah,” sambung Yudi.

Baca Juga: Jos! Petani Milenial Bono Klaten Sulap Limbah Baglog Jadi Pupuk Organik

Usaha Sampingan Kini Jadi Tumpuan

Sejak awal berkarier di dunia pendidikan pada tahun 2000, Yudi juga tekun beternak merpati hias. Kini, usaha sampingan yang ia telah tekuni sejak lama itu justru menjadi tumpuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Awalnya, Yudi fokus beternak merpati hias lokal, salah satunya jenis ekor kipas. Usaha Yudi terbilang cukup sukses. Saat awal-awal, ia mampu menghasilkan cukup pundi-pundi rupiah. Sepasang merpati jenis ini dihargai sekitar Rp200.000. Dalam sebulan, ia dapat menjual belasan pasang dengan omzet jutaan rupiah.

Perlahan Yudi mengumpulkan uang untuk mengepakkan sayapnya dengan membeli merpati hias Eropa yang ia lihat dari media sosial. Namun, Yudi harus merogoh kocek lebih dalam. Pasalnya, harga sepasang merpati hias jenis norwitch copper waktu itu mencapai Rp25 juta.

Baca Juga: Kelompok Wanita Tani di Banjarsari Solo Sukses Berbisnis Sayur Organik

“Itu pun harus diimpor dari Jerman. Saya tidak putus asa dengan mencoba menghubungi kolega saya yang juga berada di Eropa. Karena keterbatasan modal, mampunya ambil ya cuma dua pasang Itu. Nah ternyata dari indukan ini bisa berkembang. Setiap bulannya bisa menghasilkan telur antara tiga hingga lima butir,” kata Yudi.

Kehadiran sepasang merpati hias asal Eropa di kandang ternak Yudi akhirnya membuat jenis merpati hias yang dimilikinya beragam. Di antaranya, fairly swallow asal Kroasia, merpati lahore dan merpati chenes owl asal China, serta river swing pouter dan merpati saint asal Amerika. Harga yang dipatok yaitu kisaran Rp3,5 juta hingga Rp5 juta per pasang.

“Dalam sebulan saya bisa menjual sekitar 20 pasang merpati hias dengan omzet mencapai Rp50 juta. Nah, kalau pas masa pandemi ini permintaan meningkat pesat. Beberapa bulan terakhir ini aja saya bisa dapat Rp70 juta-Rp90 juta. Kalau rata-rata omzetnya hanya Rp40-50 juta. Ini sebelum pandemi Corona,” ujar Yudi.

Baca Juga: Punya Jembatan Unik yang Viral, Inilah Sosok Sultan dari Karawang

Merpati hias Yudi tidak hanya diminati di dalam negeri seperti di wilayah Jawa Timur dan Jawa Barat. Akan tetapi, konsumennya juga berasal dari luar negeri. Untuk luar negeri dirinya pernah mengekspor ke Malaysia.

“Sebenarnya di luar itu permintaan banyak banget apalagi dari Timur Tengah. Cuma karena stok terbatas, jadi belum bisa memenuhi semuanya. Tingginya permintaan merpati hias impor ini tak lepas dari banyaknya peminat sejak beberapa tahun terakhir. Kebanyakan, dari mereka adalah kolektor burung. Beberapa konsumen saya membeli burung ini untuk keperluan kontes,” jelas Yudi.

Ia sendiri kerap mengikuti kontes merpati hias. Dari situ, banyak peminat merpati hias meliriknya. Bahkan, ada konsumen yang membeli merpati hias miliknya yang pernah juara. “Bahkan, dibeli sekalian sama pialanya,” ungkap Yudi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya