Solopos.com, SOLO — Pendiri Praja Mangkunegaran Solo, Raden Mas (RM) Said atau Pangeran Sambernyawa, meninggalkan nilai-nilai ajaran luhur yang menjadi teladan bagi penerusnya. Ia dikenal sebagai sosok ahli perang dan ahli strategi selama hidupnya.
Bahkan ia pernah menghadapi tiga kekuatan besar saat masih memimpin perlawanan terhadap VOC Belanda, Keraton Kasunanan Surakarta, dan Keraton Kasultanan Yogyakarta. Hal itu diungkapkan Ketua Prodi Sejarah UNS Solo, Susanto.
Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024
Menurutnya, RM Said memang ahli perang dan ahli strategi. Banyak pertempuran besar yang telah dilalui sosok yang akhirnya menjadi Mangkunagoro I itu. Salah satunya perang besar di Pati yang menewaskan perwira VOC.
Baca Juga: Ahli Strategi Perang, Pangeran Sambernyawa Juga Pencipta Tarian Sakral
“Salah satu pertempuran besar yang dipimpin RM Said di Pati. Seorang komandan VOC terbunuh,” ujarnya, Kamis (10/3/2022). Peperangan besar lain RM Said menurut Susanto terjadi di Ponorogo serta saat Geger Pecinan di Keraton Kartasura.
Selain ahli perang, Pangeran Sambernyawa dinilai ahli dalam strategi kepemimpinan. Salah satu kebijakan yang diakui sebagai terobosan penting dan demokratis yakni adanya perjanjian antara dirinya dengan punggawa baku.
Kontrak Politik dengan Rakyat
Punggawa baku adalah para pengikut setia RM Said yang berjumlah 40 orang dan mempunyai kemampuan lebih dalam bidang peperangan. Isi perjanjian antara RM Said dengan mereka yakni tak boleh saling menindas.
Baca Juga: Kisah Pangeran Sambernyawa, Saat Kecil Hidupnya Terlunta-lunta
“Kalau saling menindas akan menghancurkan Mangkunegaran. Itu yang sebetulnya paling hebat dibandingkan yang lain. Karena tidak ada kekuatan di Jawa dengan perjanjian semacam itu. Ini kan demokratis ya,” katanya.
Dari kisah Pangeran Sambernyawa itu, Susanto menerangkan MN X bisa memetik ajaran penting dalam kepemimpinannya. Sebab dalam kata lain, perjanjian antara RM Said dengan punggawa baku adalah kontrak politik penguasa.
“Itu kan sebetulnya semacam kontrak politik antara penguasa dengan rakyat. Ini penting sekali,” tegasnya. MN X harus bisa menyatukan semua trah Mangkunegaran agar mendapat dukungan dan bisa memajukan Pura.
Baca Juga: Lingkungan Rumah Pangeran Sambernyawa di Kestalan Dulu Kawasan Ulama
Tri Dharma
Walau masih sangat muda, Susanto menilai GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo sebagai MN X sudah mendapat dukungan. Karena itulah ia terpilih sebagai Mangkunagoro X. Sangat penting bagi Bhre untuk mempertahankan dukungan tersebut.
“Harus dipertahankan. Sehingga antara generasi muda dan tua tetap berstau. Mereka harus menyosialisasikan nilai ke MN yang baru. Tanpa mereka pengetahuan lama enggak mungkin dipelajari secara seketika,” urainya.
Baca Juga: Masih Asli, Begini Kondisi Rumah Pangeran Sambernyawa di Kestalan Solo
Ajaran lain dari Pangeran Sambernyawa yang harus dipedomani MN X, menurut Susanto, yaitu Tri Dharma dan filosofi nebu sakuyun. Tri Dharma mengajarkan tentang rasa memiliki, mendukung, berani dan mawas diri.
Sedangkan filosofi nebu sakuyun, menurut Susanto, tentang bagaimana RM Said mempersatukan semua elemen dan potensi yang ada. Ibarat batang-batang tebu yang diikat dalam satu kesatuan.