SOLOPOS.COM - Adegan film AADC 2. (Istimewa/Miles Films)

Pemanfaatan obyek wisata sebagai lokasi pembuatan film turut menggerakkan ekonomi masyarakat setempat

Harianjogja.com, JOGJA-Pemanfaatan obyek wisata sebagai lokasi pembuatan film turut menggerakkan ekonomi masyarakat setempat. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendorong pemerintah daerah memberikan kemudahan dalam hal perizinan.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Direktur Pengembangan Pasar Luar Negeri Bekraf, Bonifasius Wahyu Pudjianto (Boni) mengatakan, dampak perfilman dalam menggerakkan perekonomian masyarakat sangat besar. Ia mencontohkan, sebelum ada shooting film Laskar Pelangi, Bangka Belitung belum banyak dikenal wisatawan.

Namun setelah film garapan sutradara Riri Riza tersebut diluncurkan, Bangka Belitung terus dihujani wisatawan luar negeri sehingga ekonomi masyarakat tumbuh. Hal yang sama juga terjadi di Jogja pasca film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2, dimana paket tur napak tilas lokasi shooting bermunculan.

Pada Kamis (23/11/2017) kemarin, Bekraf menjembatani pertemuan delapan rumah produksi asal Tiongkok dengan Dinas Pariwisata DIY di Kantor Dinas Pariwisata DIY. Dalam pertemuan tersebut, sejumlah pengelola obyek wisata mempresentasikan profil destinasi wisata di daerahnya masing-masing, seperti Taman Tebing Breksi, Sleman; Mangunan, Bantul; Kali Biru, Kulonprogo; dan Air Terjun Sri Gethuk, Gunungkidul.

Presentasi tersebut sebagai penjajagan bagi para pembuat film asal Tiongkok untuk memilih lokasi shooting yang tepat.

“Kita kenalkan ke mereka kalau Indonesia punya tempat shooting menarik. Nantinya tidak hanya lokasi [yang ditawarkan], ketika mereka syuting di sini, aktor aktris pendukung pasti dibutuhkan. Misal butuh animasi juga bisa kita tawarkan. Jadi rantainya cukup panjang,” kata Boni ada awak media.

Ia mengakui, industri perfilman di Tiongkok sangat maju. Jika dilihat dari jumlah layar lebar, Tiongkok sudah memiliki lebih dari 10.000 layar, sementara di Indonesia baru 1.300 dan masih terpusat di Pulau Jawa.

Dengan pertemuan itu, Boni berharap penggiat film Tiongkok tertarik untuk melakukan proses produksi film di Indonesia. Tidak hanya Jogja, ia juga menawarkan empat lokasi syuting menarik lainnya yaitu Bandung, Bojonegoro, Banyuwangi, dan Siak-Riau.

Ke depan, ia berencana mempromosikan obyek wisata Indonesia kepada pembuat film di Amerika Serikat. Ia berharap, pemerintah daerah ikut memberikan kemudahan dalam proses produksi film, salah satunya perizinan.

Peter Pan selaku perwakilan dari Tiongkok mengakui obyek wisata di Jogja sangat potensial untuk menjadi lokasi shooting. Namun pihaknya sempat menanyakan insentif yang akan diterima pihak pembuat film jika melakukan shooting di Jogja.

“Selama ini insentif baru diberikan untuk koran dan media elektronik. Sementara untuk film belum ada. Mungkin bisa dianggarkan untuk tahun depan. Tapi pada prinsipnya kami mendukung [jika Bantul digunakan sebagai lokasi shooting] karena bisa mempromosikan obyek wisata kami,” kata Kepala Seksi Analisis Pasar dan Kerjasama Dinas Pariwisata Bantul, C. Issri Putranti.

General Manager Infinite Studios, Ryan Willi Asthra, yang hadir bersama rombongan dari Tiongkok mengatakan, berdasarkan pengalamannya terlibat dalam penggarapan film Beyond Skyline di Air Terjun Sri Gethuk Gunungkidul, dibutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan proses perizinan.

Maka itu pihaknya meminta pada pemerintah setempat untuk memberikan kemudahan. “Kalau bisa proses perizinan dibikin one stop service, untuk shooting film kita datangnya kemana. Jadi sangat menghabiskan waktu kalau harus datang ke setiap institusi untuk mengurus perizinannya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya