<p><strong>Solopos.com, WONOGIRI—</strong>Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) akan menutup tanggul Bendungan Krisak (Waduk Krisak/Tandon), Singodutan, Selogiri, <a title="Ngapain Saja Sih Jekek Saat Gowes? Penasaran?" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180802/495/931557/ngapain-saja-sih-jekek-saat-gowes-penasaran">Wonogiri</a> untuk umum.</p><p>Sebagai langkah awal, pihak berwenang membangun pagar di dua ujung jalur menuju bendungan untuk mengurangi aktivitas warga, termasuk orang pacaran.</p><p>Pantauan <em>Solopos.com</em>, di Bendungan Krisak, Senin (6/8/2018), ujung jalur bendungan di Desa Singodutan dan Desa Pare diberi pagar besi yang diberi plakat kecil berisi informasi pagar dibuka pukul 05.30 WIB-18.00 WIB.</p><p>Warga menginformasikan pagar dipasang sekitar dua pekan lalu. Bendungan yang selesai dibangun 1943 itu merupakan wewenang BBWSBS.</p><p><img src="http://img.solopos.com/upload/img/waduk%20krisak%202.jpg" alt="" width="600" height="400" /></p><p>Kepala <a title="Bengawan Solo Parapet Jurug Solo Kian Cantik" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180501/489/912153/bengawan-solo-parapet-jurug-solo-kian-cantik">BBWSBS</a>, Charisal Akdian Manu, mengatakan pemagaran akses menuju tanggul untuk mengurangi aktivitas warga di tanggul bendungan.</p><p>Selain untuk lalu lintas sepeda motor, tanggul bendungan kerap dijadikan tempat pacaran pasangan muda-mudi saat sore hingga malam. Padahal, seharusnya bendungan tidak boleh ada aktivitas apa pun, kecuali aktivitas petugas berwenang.</p><p>“Bendungan/waduk adalah bangunan strategis dan berisiko [objek vital] yang harus selalu diawasi ketat. Hal itu untuk memastikan tidak ada pihak yang merusak bendungan,” kata Roga, sapaan akrabnya.</p><p>Berdasarkan hasil studi rencana tindak darurat bendungan yang telah menjadi SOP [standar operasional prosedur], bendungan harusnya memang tidak boleh untuk akses lalu lintas kendaraan atau aktivitas manusia.</p><p>Kebijakan penutupan akses ke tanggul itu diambil setelah pihaknya mengkaji secara mendalam ihwal potensi dampak sosial.</p><p>Seperti diketahui, bertahun-tahun tanggul Bendungan Krisak berfungsi seperti layaknya jalan. Tanggul bendungan menghubungkan Pare melalui Dusun Tandon dan Singodutan melalui Krisak.</p><p>Tanggul beraspal sepanjang lebih kurang 300 meter dengan lebar permukaan lebih kurang 5 meter. Sisi barat dan timur permukaan tanggul terdapat beton memanjang dengan permukaan datar dengan tinggi sejengkal telapak tangan orang dewasa dan lebar lebih kurang 30 cm (seperti buk jembatan).</p><p>Tempat itulah yang biasanya digunakan sebagai tempat duduk orang berpacaran.</p><p>Petugas pos jaga bendungan setiap hari berpatroli. Setiap mendapati orang pacaran mereka memberi peringatan. Namun, kebanyakan mereka tak menggubris. Menurut petugas, pasangan muda-mudi yang berpacaran di tanggul bendungan warga luar <a title="Colo Barat akan Ditutup, Petani Wonogiri Nekat Tanam Padi" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180803/495/931854/colo-barat-akan-ditutup-petani-wonogiri-nekat-tanam-padi">Selogiri</a>.</p><p><strong>Sampai Dini Hari</strong></p><p>Warga Desa Pare, Wawan, menginformasikan hampir setiap sore ada orang pacaran di tanggul bendungan. Jumlah mereka mencapai belasan pasangan.</p><p>Jumlah pasangan lebih banyak lagi saat akhir pekan. Bahkan, kadang ada orang pacaran sampai dini hari. Wawan risih melihat kelakuan mereka.</p><p>“Warga sudah melarang mereka berpacaran di tanggul bendungan. Tak jarang ada pasangan yang malah mengajak ramai [adu mulut]. Sejak jalur menuju tanggul ditutup [menggunakan pagar besi], tidak ada yang pacaran lagi,” kata Wawan.</p>
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi