SOLOPOS.COM - Warga Kampung Nusupan, Kadokan, Grogol, Sukoharjo, terpaksa beraktivitas menggunakan perahu saat banjir melanda wilayah itu beberapa tahun lalu. Wilayah itu selalu menjadi kawasan rawan banjir di musdim penghujan akibat luapan Bengawan Solo dan anak-anak sungai lainnya. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Solopos.com, SUKOHARJO – Warga Desa Kadokan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, masih dihantui ancaman banjir luapan Bengawan Solo di setiap musim penghujan. Jalur evakuasi menuju lokasi pengungsian pun telah mereka siapkan mengantisipasi banjir yang bisa datang sewaktu-waktu mengingat tingginya curah hujan belakangan ini.

Desa Kadokan menjadi salah satu wilayah  langganan banjir di Sukoharjo. Ada tiga dusun di desa ini yang kerap digenangi air yakni Nusupan, Plalan dan Buntarejo. Saat turun hujan lebat selama berjam-jam, ketinggian air Bengawan Solo bakal bertambah secara signifikan. Hanya dalam hitungan menit, air sungai terpanjang di Jawa ini meluap dan merendam rumah penduduk dan jalan perkampungan di Kadokan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Perguruan Silat Sukoharjo Sepakat Tak Gelar Kerumunan di Malam Tahun Baru

Masyarakat sudah terbiasa dengan genangan air saat musim penghujan. Begitu dirasa banjir akan datang, mereka bakal mengevakuasi warga lanjut usia, ibu hamil, dan anak-anak ke lokasi pengungsian. “Jalur evakuasi banjir berada di sekitar tanggul sungai. Masyarakat dievakuasi menuju lokasi pengungsian yang jaraknya ratusan meter dari permukiman,” kata seorang warga Desa Kadokan, Pardiyanto, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (30/12/2020).

Jalur evakuasi juga digunakan untuk distribusi logistik seperti makanan, minuman, pakaian hingga obat-obatan. Warga telah berulangkali mengikuti simulasi evakuasi banjir. “Prioritas utama dalam evakuasi banjir adalah kelompok masyarakat yang rentan seperti lansia, ibu hamil, dan anak-anak. Mereka harus dievakuasi lebih dulu menuju lokasi pengungsian saat air sungai mulai meluap,” ujar dia.

Ada Rekahan di Perbukitan Bulu Sukoharjo, Awas Longsor!

Lokasi Pengungsian

Adapun dua lokasi pengungsian yakni Masjid An-Nikmah dan SDN Kadokan 02. Biasanya, warga yang mengungsi di Masjid An-Nikmah adalah warga Dusun Nusupan. Sementara yang mengungsi ke SDN Kadokan 02 adalah warga Dusun Plalan dan Buntarejo.

Sejumlah warga setempat diberdayakan sebagai sukarelawan bencana alam. Mereka rutin memantau ketinggian air sungai saat turun hujan lebat. “Banjir pada pertengahan Desember lalu hanya satu malam. Tak terlalu parah. Banjir paling parah pada 2007 yang merendam sebagian wilayah Soloraya,” papar Pardiyanto.

Kepala Desa Kadokan, Suyono, mengatakan bantuan logistik korban banjir di lokasi pengungsian harus diprioritaskan. Biasanya dia langsung berkomunikasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo dan Pemerintah Kecamatan Grogol begitu banjir melanda.

Tembus Rp60.000 per Kilogram, Harga Cabai di Sukoharjo Kian Pedas

Kepala Pelaksana BPBD Sukohajro, Sri Maryanto, telah menetapkan status darurat banjir, tanah longsor, dan angin lisus hingga 31 Maret 2021. Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak cuaca ekstrem belakangan ini. Puncak musim penghujan diperkirakan terjadi pada Januari-Februari 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya