SOLOPOS.COM - SMA "17" 1 seusai pengumuman kelulusan UAN beberapa waktu lalu. (JIBI/Harian Jogja/dokumen)

SMA “17” 1 seusai pengumuman kelulusan UAN beberapa waktu lalu. (JIBI/Harian Jogja/dokumen)

JOGJA—Konflik Yayasan Pengembangan Pendidikan 17 Jogja, berujung pada pembongkaran gedung sekolah SMA “17” 1 dan SMP “17” 2. Padahal, bangunan tersebut termasuk bangunan cagar budaya yang seharusnya dilindungi.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Perobohan gedung bersejarah tersebut, menurut Kepala Sekolah SMA “17” 1 Suyadi,  dilakukan oleh ahli waris yang mengklaim pemilik lahan sekolah itu. Padahal, ahli waris itu tidak berhak memiliki sekolah itu karena lahan tersebut menjadi milik Yayasan Pengembangan Pendidikan 17. “Pihak yang membongkar mendapat kuasa dari putra orang terhormat di yayasan kami,” ujarnya di SMA “17”, ” Rabu (15/5/2013)

Akibat pembongkaran itu, siswa-siswi SMA 17 bersama guru-gurunya sudah tidak memiliki tempat untuk kegiatan belajar-mengajar. Padahal, kata Suyadi, masih ada 60 siswa SMA dan 32 siswa SMP yang belajar di sekolah itu. Bahkan, garis polisi yang dipasang di lokaasi gedung tidak dihiraukan oleh pihak yang membongkar. Para guru juga tidak bisa berbuat banyak. Sebab, orang-orang suruhan yang membongkar bangunan tersebut terus merobohkan bangunan tersebut.

Sambil menunggu pengumuman kelulusan 34 siswa SMA kelas XII pada 24 Mei mendatang, pihaknya mengaku sudah meminta tolong kepada pihak yayasan terkait nasib para siswa di sekolah tersebut.

“Kami dan yayasan untuk sementara meminta universitas Janabadra yang jaraknya sekitar 500 meter dari sekolah itu untuk menampung siswa SMA “17” 1. Kami akan ke Rektor untuk meminjam gedung itu,“ sambungnya.

Sedangkan siswa SMP “17” 2 akan digabungkan ke SMP “17” 1 di Gowongan Lor. Sebab, kata Suyadi, para siswa harus tetap bisa sekolah lantaran pada 10 Juni mendatang mengikuti ujian kenaikan kelas. “Sebentar lagi  ulangan umum. Jadi, nanti 26 orang guru SMA “17” 2 akan dipindah semuanya ke SMP “17” 1 bersama siswa kelas X dan XI sekitar 60-an siswa,” terangnya.

Sementara, Wakil Ketua Yayasan Pengembangan Pendidikan “17”  Gatot Praditya menyatakan, bangunan itu merupakan bangunan bersejarah. Nama jalan Tentara Pelajar diambil dari fungsi sekolah itu saat Boedi Oetomo memperuangkan Indonesia. “Kalau gedung ini hilang, maka hilang juga sejarah jalan Tentara Pelajar. Ini gedung bersejarah,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya