SOLOPOS.COM - Penjual kelapa di Pasar Wonogiri, Heramini, menunggu pembeli kelapa parut, Senin (27/3/2023). Tingkat penjualan kelapa di Pasar Wonogiri menurun hingga 50% pada pekan awal Ramadan 2023. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Meski santan kelapa banyak dibutuhkan sebagai salah satu bahan minuman dan makanan untuk menu berbuka puasa atau takjil, tingkat penjualan kelapa di Pasar Kota Wonogiri justru turun hingga 50% pada pekan awal Ramadan 1444 H/2023 M.

Penjual kelapa di pasar tersebut, Heramini, saat ditemui Solopos.com di kiosnya, Senin (27/3/2023), mengatakan awal Ramadan 2023 ini tingkat penjualan kelapa justru turun hingga 50% persen dibandingkan pada hari biasa. Biasanya ia bisa menjual sekitar 100 buah/hari pada hari biasa atau sebelum Ramadan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun sejak awal Ramadan ini, dia hanya bisa menjual sekitar 50 buah/hari. Padahal jam operasional penjualan kelapanya tetap sama yaitu mulai pukul 06.00 WIB-14.00 WIB. Heramini menilai penurunan tingkat penjualan itu dipengaruhi cuaca hujan yang masih kerap terjadi selama Ramadan ini.

“Walaupun biasanya kalau Ramadan itu penjualannya naik, tapi ini malah turun. Soalnya hujan terus. Penjual esnya enggak banyak. Malahan ada bakul es yang bilang esnya enggak laku dan cuma dibagikan ke tetangga karena hujan,” kata Heramini.

Heramini mengaku kulakan kelapa dari Pacitan, Jawa Timur. Sebelum Ramadan dan penjualan masih normal, pedagang di Pasar Kota Wonogiri itu bisa kulak dua kali dalam satu pasaran (lima hari dalam kalender Jawa). Satu kali kulak umumnya bisa menurunkan 400 buah kelapa.

Pekan awal Ramadan dia mengaku hanya satu kali kulakan buah kelapa dalam satu hari pasaran. “Sepi. Lihat saja, dari tadi sudah sejam saja enggak ada yang beli atau marut kelapa,” ujar dia. Harga satu buah kelapa yang sudah diparut mulai Rp8.000-Rp10.000 tergantung ukuran diameter kelapa. Semakin besar ukuran kelapa semakin tinggi harganya.

“Kalau dari yang ngirim [penjual kelapa dari Pacitan] kelapanya belum dikupas, masih ada tepes-nya,” ucap Heramini. Kondisi serupa juga dialami pedagang kelapa lain di Pasar Wonogiri, Fitri.

Kulakan di Pacitan

Omzet harian dari penjualan kelapa yang ia didapat pedagang di Pasar Kota Wonogiri itu mencapai Rp500.000/hari dari hasil menjual kelapa dan jasa memarut kelapa. Omzet itu diakui paling minim jika dibandingkan hari-hari biasa yang bisa mencapai sekitar Rp1 juta/hari.

“Mungkin tujuh hari sebelum Lebaran bakal ramai. Soalnya kan orang-orang biasanya sudah mudik. Jadi kebutuhan makanan dan minuman yang menggunakan bahan santan kelapa juga naik,” terang Fitri.

Menutur Fitri, awal Ramadan seperti sekarang ini banyak orang atau keluarga yang beli makanan di luar daripada memasak sendiri. Sehingga tidak banyak dari mereka yang membeli kelapa sebagai salah satu bahan makanan atau minuman dari santan kelapa.

Sama seperti Heramini, Fitri juga mengambil kelapa untuk dijual dari Pacitan. Menurut dia, kelapa dari Pacitan berkualitas bagus. Suplai kelapa dari kabupaten di Jatim yang berbatasan langsung dengan Wonogiri itu juga tidak pernah telat.

Sementara itu, penjual kelapa di Pasar Ndringo, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri, Sugeng, mengaku tingkat penjualan kelapa di tempatnya naik hingga 100% selama Ramadan 2023 ini dibandingkan pada hari biasa. Dia bisa menjual kelapa sekitar 200 buah/hari.

“Kalau hari biasa paling 100 buah. Penghasilan juga naik, kalau biasanya dapat Rp200.000/hari menjadi Rp400.000/hari. Itu sudah termasuk jasa parut kelapa ya. Sudah [laba] bersih itu,” kata Sugeng.

Peningkatan penjualan itu, lanjut Sugeng, karena banyak penjual minuman dan makanan untuk buka puasa yang menggunakan santan sebagai salah satu bahannya, seperti es dawet, kolak, dan es buah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya