SOLOPOS.COM - Pembantu Rektor (Purek) III UIN Walisongo, Suparman (kiri), berdebat dengan mahasiswa dan pembicara diskusi dan pemutaran film “Pulau Buru Tanah Air Beta” di Kampus UIN Walisongo, Semarang, Rabu (8/6/2016) malam. Suparman berniat membubarkan acara itu karena dianggap membahayakan citra kampus. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Isu PKI bangkit yang diembuskan sebagian kalangan terkait pemutaran film dokumenter Pulau Buru Tanah Air Beta.

Semarangpos.com, SEMARANG – Acara diskusi sekaligus pemutaran film dokumenter Pulau Buru Tanah Air Beta di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Rabu (8/6/2016) malam, sempat diwarnai perdebatan sengit antara pihak penyelenggara dan petinggi kampus di Semarang itu. Rektorat UIN Walisongo ketakutan setelah diprovokasi polisi.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Pemutaran film yang menceritakan kisah para tahanan politik peristiwa 1965 itu nyaris dibubarkan secara paksa oleh rektorat kampus negeri di Semarang itu. Namun, setelah melalui perdebatan sengit antara pihak penyelenggara dan petinggi kampus UIN Walisongo, acara tersebut kembali dilanjutkan.

Berdasarkan pantauan Semarangpos.com di lokasi acara, diskusi yang diselingi dengan pemutaran film itu dimulai sekitar pukul 20.30 WIB. Namun, beberapa saat setelah pemutaran itu, tiba-tiba Pembantu Rektor (Purek) III Bidang Kemahasiswaan UIN Walisongo, Suparman, mendatangi lokasi dan maju ke depan forum.

Ekspedisi Mudik 2024

Suparman berdalih pemutaran film dokumenter Pulau Buru Tanah Air Beta yang digelar mahasiswa itu berpotensi meresahkan lingkungan kampus di Semarang tersebut. “Apalagi acara ini juga tidak meminta izin ke pihak rektorat,” cetus Suparman saat berhadapan dengan dosen Tarbiyah, Ubaidillah Ahmad, yang menjadi salah seorang pembicara dalam acara itu.

Suparman sempat pula mengaku jika sebelum acara itu dimulai, polisi sempat mendatangi dan memprovokasinya. Dengan mengembuskan isu PKI bangkit, polisi meminta acara diskusi dan pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta itu dibatalkan karena mengandung unsur sebagai gerakan yang tidak benar.

“Ini enggak benar. Lagi pula dari Polda tadi sempat bilang kepada saya kalau nanti ada pihak-pihak yang menganggap miring kampus ini. Kalau begitu kan merugikan kampus ini,” aku Suparman mengungkapkan provokasi polisi yang mengembuskan isu PKI bangkit nan meresahkan publik itu.

Namun, tudingan pihak kampus ini dibantah keras oleh Ketua Aliansi Gerakan Pro Demokrasi, Abdul Ghofar, yang mengadakan diskusi dan pemutaran film Pulau Buru itu. “Apa yang disampaikan oleh Purek tadi merupakan fitnah dan tidak berdasar. Kami menyelenggarakan acara ini sudah meminta izin ke berbagai pihak, termasuk Polda. Polisi juga mengizinkan karena ini digelar di lingkungan kampus dan sesuai dengan UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Kebebasan Akademisi. Jadi kalau dibubarkan merekalah yang melanggar hukum,” terang Abdul Ghofar kepada para wartawan di sela-sela pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta tersebut.

Komunis Bangkit

Pembantu Rektor (Purek) III UIN Walisongo, Suparman (menghadap ke depan), melarang pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta di Kampus UIN Walisongo, Semarang, Rabu (8/6/2016) malam. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Pembantu Rektor (Purek) III UIN Walisongo, Suparman (menghadap ke depan), melarang pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta di Kampus UIN Walisongo, Semarang, Rabu (8/6/2016) malam. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Abdul Ghofar menjelaskan pihaknya tidak memiliki niat sama sekali untuk membangkitkan gerakan komunis di kampus UIN. Acara ini digelar hanya untuk mempelajari fakta sejarah terkait pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi pada para tahanan politik (tapol) yang diasingkan ke Pulau Buru terkait Peristiwa 1965.

“Diskusi ini sudah mengantongi izin dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Agama Islam [UIN] yang ditandatangani oleh Kasubag Kemahasiswaan Ilmu Tarbiyah. Surat izinnya sudah saya serahkan ke satpam kampus dan ini bukan kegiatan di tingkat universitas, hanya fakultas saja,” imbuh Abdul Ghofar.

Diskusi dan pemutaran film dokumenter Pulau Buru Tanah Air Beta ini menghadirkan pengamat serta pelaku sejarah sebagai pembicara. Selain Ubadillah Ahmad selaku dosen UIN, acara ini juga menghadirkan mantan tapol yang pernah mendekam di Pulau Buru bersama penulis Pramudya Ananta Toer, Eko Sutikno, dan pengamat sejarah asal Semarang, Yunantyo Adi Setyawan.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya