SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

ANGKUT AIR--Seorang warga Klakah, Kecamatan Selo, Boyolali, mengangkut jeriken berisi air, Rabu (26/10/2011). Warga Klakah masih dihantui kekhawatiran oleh ancaman banjir lahar dingin yang berpotensi terjadi seiring datangnya musim hujan. (JIBI/SOLOPOS/Yus Mei Sawitri)

Warga Selo, Boyolali, yang tinggal di lereng Merapi belakangan ini resah. Situasi tersebut dipicu oleh merebaknya isu bahwa gunung berapi paling aktif di Indonesia itu bakal meletus lagi dalam waktu dekat.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Setahun pascaerupsi Merapi, trauma yang menghinggapi warga di lereng Gunung Merapi belum sepenuhnya hilang. Kewaspadaan mereka bahkan semakin tinggi dibanding pada masa sebelum erupsi dahsyat tahun lalu. Tak heran, warga juga gampang terpengaruh oleh rumor-rumor yang beredar terkait kondisi Merapi.

Kepala Desa Klakah, Kecamatan Selo, Boyolali, Slamet Mustofa, membenarkan bahwa warganya dibuat resah oleh kabar bahwa Merapi bakal meletus lagi.
Tidak jelas siapa yang meniupkan kabar tersebut. Slamet menyebut Informasi yang diterima warga cenderung simpang siur dan sudah dibumbui oleh berbagai mitos yang sudah dipercaya sejak dulu kala.

“Entah dari mana asalnya. Tapi beredar isu di masyarakat bahwa Merapi bakal meletus lagi. Beritanya menjadi simpang siur karena masyarakat sini langsung menghubung-hubungkan dengan mitos dan sebagainya. Ada juga warga yang mengaku bermimpi aneh yang dianggap sebagai tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus lagi,” beber Slamet, ketika ditemui Espos di Balaidesa Klakah, Rabu (27/10/2011).

Untuk mencari kejelasan tentang rumor tersebut, Slamet mengaku telah memperoleh info dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK). Berdasarkan rekomendasi lembaga tersebut, Merapi dinyatakan dalam kondisi normal dan terkendali.

Oleh karena itu warga sekitar Lereng Merapi tidak perlu merasa resah maupun ketakutan berlebih. Tetapi warga tetap diminta waspada mengantisipasi kemungkinan datangnya bencana lain, terutama ancaman banjir lahar dingin.

Rumor bahwa Merapi akan erupsi lagi juga dibantah oleh Kabid Linmas Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Boyolali, Usfal Pius.

Berdasarkan surat resmi dari BPPTK yang diterima pihaknya pada 17 Oktober lalu status Merapi normal level 1. Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka statusnya akan ditinjau kembali.

“Masyarakat jangan cepat percaya dengan isu-isu tidak bertanggung jawab seperti itu. Patokan yang kami pegang adalah dari BPPTK. Siapa tahu isu itu sengaja disebarkan oleh oknum-oknum yang ingin mengambil keuntungan,” kata Pius, ketika dijumpai Espos, Kamis (27/10/2011).

Sementara itu, Kaur Pemerintahan Desa Klakah, Suryono, menyatakan meski kondisi perekonomian di wilayahnya hampir kembali normal, warga masih dihantui oleh trauma mendalam. Mereka disebut langsung bersikap waspada penuh ketika hujan mulai datang. Begitu juga saat ada suara bergemuruh dari luar.

“Trauma jelas belum sepenuhnya hilang. Traumanya dobel, terhadap ancaman lahar dingin dan juga lahar panas alias erupsi. Kondisi perekonomian warga juga belum sepenuhnya pulih, terutama di sektor pertanian dan peternakan. Modal untuk menggarap ladang kebanyakan masih dari meminjam. Tingkat penggemukan ternak juga sulit, belum sepenuhnya pulih sejak terjadinya erupsi Merapi, Oktober tahun lalu,” tukas Suryono.

Trauma terhadap erupsi besar Merapi tahun lalu dibenarkan oleh warga dukuh Bangunrejo, Desa Jrakah, Sunaryo, 57. Hampir setiap hari dia berjalan jauh untuk mengelola ladangnya yang berada di Dukuh Bangunsari, Desa Klakah.

Niatnya pergi ke ladang langsung diurungkan jika dia melihat awan hitam dan mendengar suara bergemuruh pertanda hujan bakal turun. Ternyata  Sunaryo masih trauma dengan bencana erupsi Merapi dan banjir lahar dingin yang menimpa warga lereng gunung itu tahun lalu.

“Kalau langitnya hitam tanda mau hujan, kami pasti tak jadi pergi ke ladang, apalagi jaraknya cukup jauh. Seandainya sudah telanjur berada di ladang, kami langsung buru-buru pulang, tidak berani tetap bertahan karena takut ada banjir lahar dingin atau gunungnya meletus,” ujar Sunaryo yang dijumpai Espos di lokasi dekat jembatan darurat yang menghubungkan Dukuh Bangunsari, Klakah dengan Dukuh Juweh, Desa Jrakah, Rabu.

(Yus Mei Sawitri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya