SOLOPOS.COM - Bincang warga di Balai RW 005 Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Solo, Minggu (26/6/2022). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Kejadian intoleransi seperti pembubaran kegiatan ibadah di salah satu rumah warga Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Solo, pada 2007, kini sudah jauh terkikis.

Berbagai upaya dilakukan Joint Initiative for Strategic Religious Action (Jisra) Muhammadiyah bersama Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Solo untuk terus menghilangkan intoleransi tersebut. Salah satunya dengan melakukan pemberdayaan masyarakat melalui pelestarian lingkungan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua PDNA Solo, Frida Alfani Maslahah, menjelaskan Joyotakan merupakan salah satu wilayah pinggiran Kota Solo. Salah satu ormas pernah melakukan aksi intoleransi dengan membubarkan kegiatan ibadah tanpa izin di salah satu rumah kontrakan wilayah Joyotakan, Solo, sekitar 2007 lalu.

Ekspedisi Mudik 2024

“Melalui pemberdayaan lingkungan supaya antarumat akrab dan meminimalisir konflik,” katanya di sela-sela kegiatan di Balai RW 005 Kelurahan Joyotakan, Minggu (26/6/2022).

Frida mengatakan kegiatan pemberdayaan pelestarian lingkungan Muhammadiyah biasanya kental dengan umat muslim. PDNA bekerja sama dengan nonmuslim dengan program Eco-Bhinneka.

Baca Juga: Solo Masuk 10 Besar Kota Paling Toleran Versi Setara Institute

“Kami menyerahkan 10 drop box kepada warga dan akan memantau pemilahan sampah organik dan anorganiknya,” katanya. Menurutnya, drop box itu bakal dikelola warga setempat dan bisa mengelola sampah anorganik supaya bernilai ekonomi.

PDNA juga memfasilitasi apabila ada yang tertarik dengan program Sedekah Manfaat Sampah Kota (Semata), yakni diambil Lazismu Solo untuk dikelola sebagai kegiatan sosial.

Selain masalah intoleransi, lanjut Frida, ada temuan tujuh kasus stunting di Kelurahan Joyotakan, Solo. Komunitasnya melakukan upaya untuk mencegah adanya stunting di Joyotakan bersama warga setempat.

Baca Juga: Solo 10 Besar Kota Paling Toleran, Psikolog: Rasa Tidak Aman Masih Ada

Manager Program Eco-Bhinneka Solo, Hanifah Kasih Rahman, mengatakan tujuan program untuk menciptakan masyarakat yang beragam menjadi damai melalui isu lingkungan. Isu agama merupakan isu generik semua agama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya