SOLOPOS.COM - Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Muhammad Firdauz Muttaqin, dalam Webinar Outlook Jateng 2023 yang disiarkan di Youtube Espos Live, Rabu (7/12/2022). (Tangkapan Layar Youtube)

Solopos.com, SOLO — Selain potensi risiko global, potensi risiko domestic juga harus mendapat perhatian untuk perekonomian ke depan, termasuk untuk wilayah Jawa Tengah (Jateng).

Salah satu potensi risiko domestik yang perlu mendapat perhatian khusus di Jateng adalah soal isu ketahanan pangan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal tersebut disampaikan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Muhammad Firdauz Muttaqin, dalam Webinar Outlook Jateng 2023 yang disiarkan di Youtube Espos Live, Rabu (7/12/2022).

Webinar tersebut juga didukung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Bank Jateng, Pertamina Patra Niaga, dan Semen Grobogan tersebut.

Ekspedisi Mudik 2024

Dia mengatakan ekonomi ke depan akan dihadapkan pada beberapa tantangan yang muncul baik secara global muapun dari dalam negeri. dari sisi global, beberapa potensi risikonya adalah masalah geopolitik global, pelemahan ekonomi negara maju hingga peningkatan suku bunga oleh negara maju.

Baca Juga: Dorong Pemeratan Pembangunan, Jateng Butuh Tiga Poros Kawasan Ekonomi

Sementara secara domestik, perekonomian juga menghadapi persoalan terkait dengan ketahanan pangan.

“Pasokan tanaman pangan menjadi isu saat ini. Perubahan iklim menyebabkan beberapa daerah mengalami penurunan panen atau terjadi penurunan lahan untuk pangan. Jadi untuk mendukung perekonomian suatu negara bukan hanya dari sisi industri dan investasi. Namun juga harus didukung oleh ketahanan pangan,” kata dia.

Pasokan tanaman pangan beras dan hortikultura lainnya seperti cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah akan terpengaruh oleh pencabutan kuota pupuk subsidi (>50%) oleh pemerintah, sehingga berpotensi menurunkan produksi.

Disebutkan, tingkat harga mayoritas komoditas pangan terjaga kecuali komoditas beras yang meningkat sejak September 2022. Kenaikan harga beras terutama dipengaruhi oleh peningkatan upah buruh tani yang naik hingga 25%, serta peningkatan biaya energi untuk logistic dan mesin pendukung produksi seiring kenaikan harga BBM.

Baca Juga: Kabupaten Blora Simpan Banyak Potensi Investasi, Migas hingga Mal

Sementara kenaikan harga BBM pada September 2022 juga berdampak pada peningkatan inflasi sehingga menyebabkan penurunan daya beli masyarakat Jateng.

Tantangan berikutnya adalah mengenai peningkatan harga-harga komoditas. “Kalau kita lihat harga-harga komoditas, seperti minyak, kedelai, jagung dan sebagainya menunjukkan tren meningkat. Ini akan berdampak terhadap inflasi di Jateng. Jateng akan menghadapi berbagai kenaikan inflasi dari sisi suplai.

Meski begitu dia menyebutkan inflasi di Jateng saat ini sudah lebih melambat. Setelah sempat di angka tertingginya yakni 6,4% yoy di September 2022, pada Oktober 2022 sudah melambat menjadi 6% dan pada November sudah 5,81%.

“Memang faktor-faktor yang mendorong tingginya inflasi adalah beberapa komoditas pangan, seperti telur ayam ras, minyak goreng, tarif angkutan dan dari sisi bahan pangan pokok lainnya. Artinya isu ketahanan pangan menjadi penting bagi Jateng,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya