Jakarta--Kekhawatiran Presiden SBY terhadap aksi 9 Desember mendatang dinilai terlalu berlebihan. Gerakan sosial yang berujung kerusuhan hanya dapat dilakukan oleh operasi intelijen dan orang-orang bayaran semata.
“SBY jangan terlalu panik dan jangan dipanikan. Tenang-tenang saja,” kata Ketua Blok Perubahan, Rizal Ramli dalam diskusi politik di Rumah Perubahan, Jalan Panglima Polim, Jaksel, Senin, (7/12).
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Menurutnya, kerusuhan dalam gerakan sosial merupakan hasil kerja intelijen untuk menangkapi oposisi. Selain itu, ada juga kelompok bayaran yang berfungsi untuk mengacaukan aksi-aksi sosial.
“Jadi SBY jangan takut. Jangan mengeluarkan pernyataaan yang tak perlu sehingga orang yang sebelumnya nggak mikir, malah jadi mikir. Kasihan bangsa kita tersandera oleh masalah masalah itu,” bebernya.
Sedangkan menurut pengamat politik UI, Boni Hargens, pernyataan Presiden SBY dinilai kurang bijaksana. Dia menilai Presiden berbicara bukan sebagai kepala negara tapi politikus.
“Pernyataan itu meresahkan masyarakat. Padahal itu kan adalah hari antikorupsi. Harusnya, Presiden berdiri paling depan dan memimpin demo antikorupsi. Dari statmen-statmen SBY, maka dia telah mengidap phobia publica atau takut kepada publik,” paparnya.
dtc/isw