SOLOPOS.COM - Militan ISIS (Istimewa/Daily Star)

ISIS akan menggunakan warga Mosul sebagai tameng untuk mempertahankan kota terbesar kedua di Irak itu.

Solopos.com, WASHINGTON – Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) diperkirakan bakal menggunakan senjata kimia dalam menghadapi operasi besar pasukan Irak di Kota Mosul yang dimulai pekan ini. Muncul dugaan pula mereka akan menjadikan warga sipil sebagai tameng untuk mempertahankan kota terakhir yang mereka kuasai di Irak itu.

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

Menurut seorang pejabat Amerika Serikat (AS), seperti dilansir Reuters, Rabu (19/10/2016), telah dilakukan pengumpulan sejumlah serpihan-serpihan amunisi untuk dilakukan pengetesan menggenai dugaan penggunaan senjata kimia.

Hal itu dilakukan sebulan sebelum operasi yang melibatkan puluhan ribu pasukan Irak, Kurdi, dan Sunni dan didukung serangan udara koalisi pimpinan AS itu dimulai pada Senin (17/10/2016).

Seorang pejabat AS yang tidak mau disebutkan namanya, mengungkapkan sebelumnya dalam sebuah insiden, pasukan AS mengonfirmasi adanya unsur sulfur mustard pada serpihan amunisi ISIS pada 5 Oktober lalu. ISIS menargetkan pasukan lokal bukan pasukan koalisi pimpinan AS.

“Mengingat perilaku buruk dan kekejian ISIS yang mengabaikan standard dan norma-norma internasional maka hal ini tidak mengagetkan,” kata salah satu pejabat tersebut.

Mereka tidak yakin ISIS berhasil telah mengembangkan senjata kimia dengan efek mematikan. Hal itu berarti senjata tersebut menjadi ancaman paling membahayakan bagi gerakan pasukan Irak dan Kurdi dan penasihat militer dari negara asing yang cukup dekat dengan Mosul. Unsur sulfur mustard dapat melepuhkan kulit dan merusak paru-paru.

Sementara warga di kota berpenduduk sekitar 1,5 juta orang mengatakan ISIS menggunakan mereka sebagai perisai. Mereka dicegah keluar dari Mosul dan  digiring untuk menempati  bangunan-bangunan di kota itu.

“Ini jelas Daesh [ISIS] menggunakan warga sipil sebagai perisai, membiarkan mereka untuk menempati bangunan-bangunan yang sekiranya dijadikan target serangan udara,” kata Abu Mahir yang tinggal di kota itu.

Organisasi Internasional untuk Migrasi  (IOM)  juga memperkirakan penggunaan warga sipil sebagai tameng. Meski IOM juga tak menutup kemungkinan penggunakan senjata kimia oleh ISIS seperti yang mereka gunakan sebelumnya dalam melawan pasukan Kurdi di Irak. Pemimpin ISIS dilaporkan masih bersama ribuan militan di Mosul. Pejabat AS juga meyakini sejumlah petempur terbaik ISIS  masih berada di kota itu.

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya