SOLOPOS.COM - Ilustrasi ISIS (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA — Penyidik Densus 88 akan menetapkan status empat warga negara asing (WNA) terduga teroris sebagai tersangka kasus terorisme (terlibat ISIS di Indonesia) atau tidak selambat-lambatnya pada Sabtu (13/9/2014) pagi mendatang. Mereka yang sebelumnya mengaku sebagai warga Turki itu terbukti menggunakan paspor palsu.

Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Boy Rafli Amar, mengatakan interogasi terhadap keempat orang itu telah dilakukan sejak Jumat malam lalu. “Jadi Jumat malam atau Sabtu pagi besok, akan ditetapkan statusnya terkait keterlibatan mereka dengan jaringan terorisme di sini karena kan 7 x 24 jam batas pembuktiannya,” katanya, Kamis (18/9/2014).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Setelahnya ditetapkan status lebih lanjut dari keempat WNA yang menggunakan paspor palsu kewarganegaraan Turki tersebut, maka Polri akan langsung menahannya. Segala proses hukum terkait pelanggaran yang dilakukan, sambung Boy, akan diproses di Indonesia.

Meskipun demikian, polisi akan menginformasikan kepada negara asal para warga asing itu perihal penahanan terhadap warganya. “Akan ditahan di Indonesia. Tidak bisa diminta oleh negaranya, semua diproses di sini. Hukum teroris seperti itu,” jelasnya.

Seperti yang diketahui, pada Sabtu (13/9/2014) dini hari, Tim Densus 88 melakukan pembututan terhadap sebuah mobil yang berisi tujuh orang, yakni 3 WNI dan 4 WNA, terduga teroris menuju Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Sejak Sabtu lalu, keempatnya dibawa ke Jakarta untuk mendalami motif kedatangannya di Indonesia. Dalam pengumpulan keterangan tersebut, Polri terkendala bahasa karena warga asing tersebut menggunakan bahasa Suku Uighur (Xinjiang, China barat).

Pengamat terorisme Al Chaidar sebelumnya mengatakan keempat WNA itu akan menjadi personel gerakan Mujahidin Indonesia Timur. “Jaringan Santoso dianggap telah berbaiat dengan ISIS, jadi ada junnah,” katanya saat dihubungi Bisnis/JIBI.

Junnah adalah sebuah konsep yang dianut oleh para pejuang radikal tersebut untuk memberikan proteksi seperti uang, personel, hingga persenjataan kepada kelompok yang mendukungnya. Menurutnya dengan ditangkapnya para WNA tersebut sebelum masuk ke Poso, maka, paling tidak memutus rantai perkembangan ISIS di Indonesia.

“Ini pertama kalinya. Kalau sampai mereka jadi masuk kemudian dibuatlah video-video maka akan semakin banyak yang datang ke Poso,” papar Chaidar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya