SOLOPOS.COM - Prodi Desain Mode Batik Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta berikan pendampingan pelatihan kepada masyarakat di Pendopo Medwist, Parangjoro, Grogol, Sukoharjo, Rabu (13/7/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com,SUKOHARJO – Program studi (Prodi) Desain Mode Batik Institut Seni Indonesia (ISI) Solo bersama komunitas Nunggak Semi menggelar pelatihan pembuatan batik dalam program pengabdian kepada masyarakat (PKM) di Pendopo Medwist, Parangjoro, Grogol, Sukoharjo, Rabu (14/7/2022).

Dosen Prodi Desain Mode Batik ISI Surakarta, Danang Priyanto menyebut pelatihan tersebut didukung oleh dana DIPA [Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran] ISI Solo tepatnya pada skema PKM tematik perorangan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Pelatihan dilaksanakan selama dua hari [Rabu (14/7/2022)-Kamis (15/7/2022)]. Materi yang disampaikan tentang alat bahan pada proses batik, prosedur dalam pembuatan batik tulis, pengenalan produk batik apa saja,” kata Danang.

“Kebetulan saya dari Prodi Desain Mode Batik ISI Surakarta, jadi pada hibah ini bidang keilmuan mengarah ke sana,” tambah Danang.

Pemilihan lokasi juga dilakukan secara acak, kebetulan komunitas Nunggak Semi menyambut kegiatan tersebut dengan positif, sehingga pelaksanaan di lakukan di lokasi setempat.

Baca juga: Hari Lahir Pancasila, Ini Karya Doodle Art ala Hima DKV ISI Solo

Peserta secara resmi ada 12 orang, namun ada beberapa yang ikut bergabung di luar itu. Dalam kesempatan itu dia juga mengajak dua mahasiswanya untuk ikut dalam kegiatan.

Sementara itu pelatihan tersebut bertujuan memperkenalkan ketrampilan baru kepada masyarakat. Setelah acara pelatihan membatik, alat dan bahan dihibahkan di lokasi setempat berupa  kompor listrik, timbangan untuk penakar warna, canting, kain, malam dan pewarna.

“Paskapelatihan tentu ada keberlanjutan, untuk peralatan dan bahan dihibahkan di sini. Jadi bisa ada kelanjutannya dan bisa menjadi UMKM baru khususnya batik. Selain itu diharapkan bisa  menghasilkan nilai ekonomi untuk warga sekitar,” kata dia.

Sementara itu salah satu peserta, Iim Roatul Hafidoh, 26 mengaku senang dengan adanya kegiatan pelatihan membatik tersebut karena bisa bertemu kenalan baru dan belajar hal baru.

“Sebelumnya belum pernah, dan ini kali pertama. Tadi belajar membatik, kesulitannya malamnya kadang kalau terlalu panas, jadi bleber ke kainnya. Tapi kalau kurang panas juga tidak bisa mrembes ke kainnya,” kata dia.

Baca juga: Ikut Solo 24 Jam Menari, Keraton Kasunanan Tampilkan Bedaya Endol-Endol

Salah satu anggota Nunggak Semi, Adimas Suratman, mengatakan kegiatan tersebut diadakan untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap kesenian membatik.

“Kebetulan di Parangjoro potensi itu ada dan tumbuh pada saat sebelumnya, tetapi karena perubahan zaman lama-lama banyak yang sudah mengundurkan diri dari profesi membatik. Harapannya memicu masyarakat untuk muncul kembali baik itu batik atau UMKM lain,” kata dia.

Adimas juga menambahkan di Parangjoro masyarakat memiliki banyak ikon yang bisa divisualkan dalam bentuk batik maupun karya lain. Namun beberapa objek menurutnya mungkin sudah menjadi perindustrian atau sudah tidak lagi terlihat.

“Ikon di Paranghjoro tidak hanya satu, ikon-ikon seperti lumbung silayur, kayu megar, alas gelatik. Itu peninggalan leluhur, mungkin generasi mendatang tidak tahu. Sehingga perlu kita kenalkan,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya