SOLOPOS.COM - Ilustrasi Corona (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SOLO-Pandemi Covid-19 tidak mengubah perilaku merokok para perokok Indonesia. Hal ini berdasarkan hasil penelitian kerja sama Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), dan Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia.

Tahun lalu, survei yang dilakukan Komite Nasional Pengendalian Tembakau menemukan bahwa pandemi Covid-19 sama sekali tidak mengubah perilaku merokok pada perokok. Ironisnya, perilaku ini cenderung meningkat.

Promosi Jadi Merek Bank Paling Berharga di RI, Nilai Brand BRI Capai US$5,3 Miliar

Survei pada 2020 untuk mengetahui pengaruh pandemi Covid-19 terhadap perilaku perokok itu dilakukan terhadap 612 responden dari berbagai daerah di Indonesia selama 15 Mei 2020 hingga 15 Juni 2020, atau tiga bulan setelah status darurat corona pada akhir Februari 2020. Hasilnya sebanyak 49,8 persen responden yang merokok mengaku memiliki pengeluaran tetap untuk membeli rokok selama pandemi Covid-19. Sedangkan 13,1 persen responden perokok bahkan mengaku pengeluaran untuk membeli rokok meningkat.

Baca Juga: Musim Hujan Telah Tiba, Ketahui Tips Mencegah Demam Berdarah Dengue

“Mayoritas dari mereka, yaitu 77,14 persen, merupakan responden dengan penghasilan kurang dari Rp 5 juta. Sebanyak 9,8 persen berpenghasilan di bawah Rp2 juta dan 17,8 persen berpenghasilan Rp2 juta hingga Rp5 juta. Pandemi Covid-19  ini tidak menurunkan perilaku merokok. Pemerintah perlu lebih kuat menerapkan kebijakan fiskal maupun nonfiskal agar masyarakat dapat berhenti merokok,” kata peneliti utama survei Komnas Pengendalian Tembakau Krisna Puji Rahmayanti seperti dikutip dari fia.ui.ac.id.

“Korelasi antara Covid-19 dengan pengurangan merokok masih terbatas, terutama bagi mereka yang saat ini masih merokok. Mereka pun menjadi kelompok yang rentan terpapar Covid-19,” kata Wakil Tim Peneliti Krisna dalam webinar Tapak Tilas Advokasi Harga Rokok di Indonesia,  seperti dikutip dari Suara.com, Rabu (3/11/2021).

Meskipun terdapat bukti ilmiah bahwa merokok dapat memperparah Covid-19, Krisna mengatakan bahwa mayoritas perokok tidak mempercayai bukti ilmiah tersebut. Sebaliknya, berdasarkan penelitian pada Mei 2021 itu, sebanyak 84 persen dari responden mantan perokok dan bukan perokok mempercayai bahwa perilaku merokok tidak menguntungkan terutama saat mereka terjangkit Covid-19.

Baca Juga: Ini Perbedaan Serangan Jantung dan Gagal Jantung Seperti Hanna Kirana

Sementara itu, dari penelitian pada Desember 2020 sampai Januari 2021, sebanyak 3 persen dari 412 responden perokok mengaku meningkatkan konsumsi rokok selama 10 bulan pandemi Covid-19 menyebar di Indonesia.  Di samping itu, 55 persen responden tidak mengubah jumlah rokok yang dikonsumsi per hari. Hanya 42 persen responden yang mengaku mengurangi konsumsi rokoknya.

“Berdasarkan tindak lanjut penelitian tersebut, yang berupa wawancara mendalam, kami menemukan bahwa perokok mengurangi konsumsi rokok untuk menghemat belanja mereka,” terang Krisna.

Baca Juga:  Tak Hanya Gagal Jantung, Hanna Kirana juga Alami Flek Paru-Paru

Sementara itu, perokok yang meningkatkan konsumsi rokoknya di tengah Covid-19 beralasan bahwa mereka telah kecanduan dan tidak bisa berhenti merokok lagi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 24 persen responden rokok yang beralih kepada rokok dengan harga lebih murah untuk menghemat pengeluaran mereka.

“Kami melihat bagaimana harga menjadi pertimbangan bapak dan ibu yang masih merokok. Harga juga menentukan rokok mana yang dipilih sehingga kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan harga rokok akan memengaruhi pengambilan keputusan di level individu,” ucapnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya