SOLOPOS.COM - Mulyanto Utomo, wartawan SOLOPOS

Mulyanto Utomo, wartawan SOLOPOS

Seperti biasa, Minggu kemarin kelompok wedangan saya menggelar tikar di News Café, warung hik di kampung kami, bersiap nonton bareng balapan sepeda motor MotoGP di televisi. “Sudah dua Minggu ini kita tidak nonton kebut-kebutan ya,” kata Raden Mas Suloyo yang selalu menjagokan Casey Stoner dalam setiap laga.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Sik…sik ta. Apa sampeyan pada tidak melihat jadwal ta. Malam ini tidak ada balapan… baru Minggu depan Denmas,” kata Mas Wartonegoro kepada tetangganya itu.

Ealah, iya ta? Tiwas aku semangat. Tapi ya tidak masalah, banyak hal bisa kita bahas soal balapan motor itu. Terutama tentang tulisan ’Satu Hati’ yang ada di sepeda motor Casey Stoner itu lho. Jan elok tenan ya… bahasa Indonesia ternyata sudah mendunia,” kata Denmas Suloyo sambil tersenyum simpul.

Hla itu kan sudah lama ta Denmas. Di motor Lorenzo kan juga ada tulisannya ‘Semakin di Depan’. Yang perlu kita bahas adalah, memangnya orang-orang Landa apa Jepang sana pada tahu makna tulisan itu,” papar Mas Wartonegoro.

“Hehe… iya ya. Jangan-jangan itu hanya untuk menghibur rakyat Indonesia. Biar kita pada senang dan terus mencintai produk motor itu. Atau barangkali itu bagian dari rasa terima kasih perusahaan motor Jepang atas konsumsi tiada henti atas produk-produk mereka,” timpal Denmas Suloyo.

“Itulah… saya sebenarnya semakin miris melihat pertumbuhan sepeda motor di negeri kita yang semakin gila-gilaan itu. Kita, termasuk sampeyan Denmas, dan juga pemerintah kita seolah terhipnotis dengan tagline ‘Satu Hati’ dan ‘Semakin di Depan’ itu. Padahal, menurut saya akibat pertumbuhan yang seolah-olah tidak terkendali itu telah menyebabkan beragam persoalan,” papar Mas Wartonegoro.

Begitulah. Saya kira betul, apa yang disampaikan Mas Wartonegoro itu. Persoalan paling dekat adalah, soal jumlah korban tewas pada musim mudik dan balik Lebaran 2012 silam yang didominasi pengendara sepeda motor. Seperti dirilis Kementrian Perhubungan, dari 908 korban meningal dunia dalam kecelakaan selama H-7 hingga H +7 sebanyak 72% adalah pengendara sepeda motor.

Sungguh tragis! Ratusan jiwa melayang sia-sia karena banyak pihak yang tidak atau bahkan kurang peduli dengan meningkat tajamnya pertumbuhan sepeda motor. Pengadaan angkutan massal berbiaya murah kian diabaikan. Namun pertumbuhan sepeda motor kian dibiarkan.

Bayangkan saja, pada 2012 ini penjulan sepeda motor diprediksi mencapai 10 juta unit, meningkat dari 2011 yang hanya mendekati 9 juta unit. Bahkan jumlah tersebut diprediksi terus meningkat hingga 2015 yang menembus 16 juta unit.

Badan Pusat Satatistik mencatat, pada 2009 jumlah sepeda motor di Indonesia adalah 52.767.093 dan pada 2010 telah tumbuh pesat menjadi 61.078.188. Dengan asumsi pertumbuhan pada 2011 adalah 9 juta unit serta pada 2012 sebanyak 10 juta unit maka pada awal 2013 nanti jumlah sepeda motor di Indonesia telah mencapai sekitar 80 juta unit. Sungguh jumlah yang sangat fantastis, tidak sebanding dengan panjangnya jalan dan upaya penghematan bahan bakar minyak yang selama ini terus didengung-dengungkan pemerintah.

Dengan kenyataan itu, maka fakta menunjukkan bahwa konsumsi premium yang disubsidi pemerintah hampir 60%-nya dikonsumsi sepeda motor sehingga kondisi tersebut bertentangan dengan anggapan jika sepeda motor merupakan moda kendaraan yang paling efisien. Sepeda motor ternyata adalah moda paling memboroskan BBM secara kolektif. Pemerintah membiarkan masalah ini terus berlarut-larut, seolah tak bergerak tidak memberi solusi.

Berapa banyak angkutan kota sekarang tidak beroperasi karena kehilangan penumpang. Berapa banyak sopir kendaraan umum kehilangan pekerjaan. Berapa banyak pengusaha angkutan umum gulung tikar karena semua orang kini ingin praktis dan efisien secara individu saat bepergian. Mereka tak pernah memikirkan risiko polusi, dampak bagi kesehatan, pemborosan BBM bahkan nyawa sekali pun.

Apakah para pembuat kebijakan tahu bahwa di negeri kita ini masih banyak penduduk yang tak mampu membeli sepeda motor? Apakah mereka pada tahu bahwa rakyat jelata sekarang ini kesulitan mencari kendaraan umum saat hendak bepergian? Mereka tersiksa terlalu lama untuk menunggu kendaraan umum yang kini jumlahnya kian menyusut? Entahlah… jika mereka, para elite negeri ini, paham akan amanat penderitaan rakyat tentunya tahu soal data, fakta dan angka. Tahu bahwa dari ke hari jalanan semakin sesak dengan sepeda motor.

Jangan-jangan mereka, para pembuat kebijakan di negeri ini juga ikut bersuka cita, bergembira ria bahkan bangga ketika menyaksikan sepeda motor maupun baju balap Casey Stoner, Dani Pedrosa, Jorge Lorenzo, Dovizioso dihiasi tulisan berbahasa Indonesia ‘Satu Hati… Semakin di Depan’. Sebuah ironi kebanggaan jika itu benar-benar terjadi…

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya