SOLOPOS.COM - Dokumentasi: Warga mengantre di luar toko swalayan Waitrose and Partners, di tengah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19), di Balham, London, Inggris, Selasa (22/12/2020). (Antara/Reuters)

Solopos.com, LONDON -- Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, pada Senin (4/1/2021), terpaksa kembali melakukan lockdown secara nasional menyusul tingginya laju kasus Covid-19. Perintah itu dikeluarkan hanya beberapa jam setelah pemerintah memuji keberhasilan Inggris sebagai negara pertama yang mulai meluncurkan vaksin hasil pengembangan Universitas Oxford dan AstraZeneca.

Johnson mengatakan varian baru virus corona, yang lebih menular dan pertama kali diidentifikasi di Inggris serta, menyebar sangat cepat. Oleh karena itu lockdown perlu segera dijalankan guna memperlambat penularan.

Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya

"Saat saya berbicara dengan Anda malam ini, rumah-rumah sakit kita mengalami tekanan lebih berat karena Covid dibandingkan sejak pandemi ini mulai muncul," kata Johnson dalam pidato yang disiarkan televisi ke seluruh negeri.

Pria Ini Dinyatakan Tak Bersalah Setelah Menjalani Hukuman 28 Tahun Penjara

"Dengan sebagian besar negeri sudah berada di bawah tindakan ekstrem, jelas bahwa kita perlu berbuat lebih banyak bersama-sama untuk mengendalikan varian baru ini," katanya.

"Karena itu kita harus melakukan karantina nasional, yang cukup sulit untuk menahan varian ini. Itu berarti pemerintah sekali lagi memerintahkan Anda untuk tetap berada di rumah."

Toko-toko dan industri layanan yang tidak penting harus tetap tutup. Sementara itu, sekolah dasar dan menengah akan tutup mulai Selasa (5/1/2021).

Johnson mengatakan berbagai pembatasan itu berarti semua ujian tidak mungkin dilanjutkan musim panas ini. Peniadaan ujian in menjadi kali kedua berturut-turut karena pandemi COVID-19 yang merusak program pendidikan siswa dan rencana masa depan.

Hari Ini Dalam Sejarah: 4 Januari 1493, Colombus Tinggalkan Amerika

Kemenangan Semu

Johnson mengatakan jika vaksinasi berjalan sesuai rencana dan jumlah kematian berkurang berkat karantina wilayah, lockdown kemungkinan akan dicabut pada pertengahan Februari mendatang.

Saat Inggris bergulat dengan jumlah kematian tertinggi keenam di dunia dan kasus kembali mencapai titik tertinggi, kepala penasihat medis negara itu mengatakan penyebaran COVID-19 berisiko membuat sebagian besar sistem kesehatan dalam waktu 21 hari akan kewalahan.

Pemerintahan Johnson sebelumnya menggembar-gemborkan "kemenangan" ilmiah karena Inggris menjadi negara pertama di dunia yang mulai memvaksinasi penduduknya dengan suntikan vaksin buatan Oxford/AstraZeneca. Sayanganya, meski program vaksinasi diluncurkan, jumlah kasus Covid-19 dan kematian terus meningkat.

Muncul di Afrika, Disease X Disebut Calon Pandemi Selanjutnya

Sejak pandemi mulai muncul, sudah lebih dari 75.000 orang di Inggris  dalam 28 hari sejak mereka dinyatakan positif terpapar virus corona. Rekor 58.784 kasus baru corona dilaporkan pada Senin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya