SOLOPOS.COM - Ilustrasi Saluran Irigasi (Dok/JIBI)

Wilayah Bantul selatan susah air, sejumlah petani di Kecamatan Sanden, Kretek dan Bambanglipuro mulai menggunakan pompa air

Harianjogja.com, BANTUL–Wilayah Bantul selatan susah air, sejumlah petani di Kecamatan Sanden, Kretek dan Bambanglipuro mulai menggunakan pompa air untuk menyirami tanaman.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Bantul (Disperpautkan) menduga penyebab berkurangnya pasokan air ini salah satunya adalah dampak dari pembangunan DAM Kamijoro yang belum juga rampung.

Kepala Disperpautkan Bantul, Pulung Haryadi mengakui ada penurunan debit irigasi di tiga kecamatan tersebut terutama pada saluran irigasi yang berhulu di DAM Kamijoro.

Pasalnya semenjak pembangunan Bendung DAM Kamijoro, saluran irigasi yang terhubung menjadi terganggu. Namun demikian Pulung menyebut kondisi ini sudah diantisipasi dengan pengaturan air.

“Mau tidak mau karena memang Bendung Kamijoro sedang dibangun. Sehingga kita koordinasikan dengan pihak desa dan instansi terkait untuk melakukan pengaturan air,” tuturnya pada Jumat (21/7/2017).

Sementara itu, Pulung menyarankan para petani untuk menyiasati keterbatasan pasokan air ini dengan menanam jenis tanaman yang tidak terlalu banyak membutuhkan air. Seperti tanaman palawija dan beberapa jenis sayuran termasuk bawang merah.

Ia menambahkan meski debit irigasi menurun, di musim kemarau basah seperti ini petani cukup terbantu dengan cuaca dan iklim. Sebab, sesekali masih terjadi hujan yang dapat bermanfaat untuk penyiraman lahan pertanian.

Salah satu petani, Sumardi Wiyana mengatakan ia memang memilih untuk menanam palawija saat musim kemarau ini. Meski lahan garapan seluas 1500 meter persegi miliknya tidak lagi ditanami padi, namun ketersediaan air sangat dibutuhkan khususnya pasca penanaman.

Untuk tanaman kedelai misalnya, pada dua minggu pertama Sumardi harus menjamin ketercukupan air setiap hari. Tidak punya pilihan lain, ia harus menggunakan pompa air. “Kalau telat nyiram hasilnya tidak maksimal, jadi nanti bisa rugi,” ungkapnya.

Menurut warga Dusun Plembengan, Tirtosari, Kretek ini semenjak dua bulan terakhir debit air di saluran irigasi sudah mulai berkurang. Bahkan ia menyebut beberapa saluran irigasi yang melewati lahannya tidak lagi mengalir sejak tiga minggu terakhir.

Sebenarnya ia telah menyiapkan satu sumur sebagai langkah antisipasi kurangnya pasokan air irigasi. Namun untuk mengoperasikan pompa air, Sumardi dan petani lainnya harus mengeluarkan biaya tambahan.

Setidaknya lima hari sekali, ia harus mengalirkan air ke lahan pertanian miliknya. Padahal sekali menggunakan pompa, ia menghabiskan sekitar enam litar bahan bakar. Sehingga sekali mengairi lahan, Sumardi harus merogoh kocek hingga Rp50.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya